Kejadian yang dialami oleh seseorang, dibentak oleh dokter yang menelantarkan pasiennya. Selengkapnya baca disini
Masya Allah, kok bisa ya ada dokter yang nggak punya nurani. Lha waktu ngambil sekolah kedokteran, apa yang ada di benaknya? Apa tujuannya sekolah dokter?
Mudah2an segera dibukakan pintu hati si dokter tak bernurani ini.
kalo cuma pertanyaannya bisa sih pasti bisa karena dokter juga manusia yang punya kelemahan. coba liat juga dari sisi dokternya deh 🙂
ambulan zig zag nih……………
Jangankan dokter, orang2 yang kelakuannya mijeti rakyat, suatu saat akan berbalik ke dirinya sendiri. Hukum karma. Makanya aku sering nggak habis pikir sama koruptor2 kakap yang merajalela. Opo ra mikir mbesuk tuwekke sengsorone koyo ngopo. Bondo ndunyo pating tlecek, tapi awakke ngkrik2en, anak keturunan pating cengkrah. Gusti Allah gak sare.
Dokter begini, cepat atau lambat akan jadi pasien keleleran dan merasakan sakitnya medekati kematian tanpa ada yang menolong. Watch my word!!!
Gak pasrah gimana, wong namanya wong ndeso, polos rak reti carane piye …
Evia, sampai marah deh baca tulisan itu…jadi ingat kasus malpraktek mama gw yg menyebabkan beliau meninggal, pengen rasanya damprat or kerjain itu dokter UGD..he.he..
Semoga mbak.
semoga dr itu sadar bahwa pekerjaannya adalah mempertahankan kehidupan manusia.
Semoga. Amien.
Mudah2an ada tanggapan positif. Dan si dokter semprul itu mendapat pencerahan. Dibukakan juga pintu hatinya yang udah kelelep itu. Mudah2an. Amien.
Wah bisa dituntut itu. Tapi orang tuanya pasrah banget ya.
Sigh…ikutan tahan nafas bacanya…semoga para dokter itu tercerahkan.
saya udah email eman saya yang juga dokter di RS itu…pengen tau apa tanggapannya…mudah2an seh postif…kebetulan teman smp saya dokter spesialis disitu…
dulu waktu kerja di suatu organisasi yang berhubugan dengan bayi miskin sakit, aku sering mendengar yang seperti itu dari seorang dokter dan para perawat. Tugasku adalah membuat nyaman para pasien yang berada dalam tanggungan organisasi kami agar tidak kabur selama perawatan karena pelayanan tidak bersahabat dari para petugas rumah sakit. Pernah aku ketemu salah satu pasien bayi yang tidak masuk dalam programku, dia sudah sekarat karena perawat salah kasih infus (infus orang desawa di kasih ke anak-anak). Nafasnya sudah megap-megap, orang tuanya sudah yakin waktunya sudah dekat dan pasrah. Mereka minta ijin agar nenek bayi tersebut di ijinkan masuk untuk bertemu dengannya untuk terakhir kalinya. Tapi satpam dengan arogannya tidak boleh karena peraturannya seperti itu. Coba bayangkan Vi, kalau Evia berada pada posisi melihat yang seperti itu. Tapi sukur alhamdulillah, degan sangat terpaksa aku keluarkan kartuku yang kayaknya seperti kartu sakti karena satpam langsung membukakan pintu dengan segera. Aku dah nekat, dipecat, ya pecatlah, wong keadaannya dah kritis. Makanya aku kapok aja dah kerja kayak gitu lagi, gak tega.