Pertengahan Juli – Pertengahan Agustus 2008
Ubek ubek arsip, banyak amat draft postingan bahkan ada yang dari tahun 2008. Untung belum jamuran.
Ini adalah seri ke empat foto foto mengenai pantai di Indonesia yang sempat saya kunjungi sewaktu mudik di pertengahan 2008 lalu.
Seri pertama adalah mengenai Pantai Lombang Madura,
Seri kedua mengenai Pantai Citireum di kawasan Ujung Genteng dan
Seri ketiga mengenai Pantai di kawasan Ujung Kulon.
Berarti ada seri ke lima, ke enam, ke tujuh dan seterusnya? Mbuh… lihat saja gimana nanti.
Kepulauan Togean berada di teluk Tomini, Sulawesi. Untuk mencapainya bisa melalui Ampana (provinsi Sulawesi Tengah) atau Gorontalo (provinsi Gorontalo).
Jadwal kapal (tahun 2008) :
Ampana – Wakai *nama pelabuhan di kepulauan Togean* :
setiap hari kecuali Jumat.
Wakai – Ampana: Selasa, Kamis, Sabtu dan Minggu.
Harga karcis kapal per orang *tahun 2008* adalah 40.000 rupiah. Pelayaran sekitar 4 – 6 jam. Jamnya enggak bisa ditentukan karena tergantung siapnya muatan.
Gorontalo – Wakai: Rabu (kapal kayu) dan Jumat (kapal ferry). Berangkat pukul 22:00 dan tiba di Wakai pukul 10:00.
Wakai – Gorontalo: Senin.
Harga tiketnya enggak sempet nanya, karena kami berangkat dari Ampana.
Ada satu lagi alternatif yaitu lewat Buntah, tapi gak ada transportasi umum alias musti sewa perahu. Perjalanannya kira kira 3 jam.
Dari Wakai menuju pulau Kadidiri banyak perahu kecil yang dioperasikan oleh penduduk sekitar maupun oleh pemilik resort untuk menjemput tamu. Pulau Kadidiri adalah pulau yang banyak tempat penginapannya. Ada tiga yaitu Pondok Lestari, Black Marlin dan Kadidiri Paradise Resort. Pengalaman kami selama menginap di Kadidiri Paradise Resort, servicenya biasa biasa saja. Pegawainya rada ogah ogahan kalau dimintain tolong. Pemiliknya bossy.
Tiga resort tersebut menarik bayaran per orang, bukan per kamar. Dan harganya sudah termasuk makan 3 kali dan snack serta bebas teh kopi setiap saat. Dari tiga resort tersebut, yang paling sederhana adalah Pondok Lestari, tarifnya *seingat saya* 75.000 per orang per hari. Lebih mahal lagi adalah Black Marlin 185.000 per orang per hari. Yang paling mahal adalah Kadidiri Paradise Resort, per orang per hari 250.000.
Pilihan yang lebih menantang adalah, kemping dari pulau ke pulau. Sewaktu kami di sana, ada dua orang yang berkemah dari pulau ke pulau. Mereka menyewa perahu dan sistemnya, begitu nyampe pulau mereka ditinggal. Kemudian janjian dengan pemilik perahu untuk dijemput atau pada saat membutuhkan pasokan air bersih atau makanan. Banyak di antara pulau pulau tersebut tak berpenghuni.
Selama kami di sana, selain menyelam, memancing juga keliling kepulauan dengan menyewa perahu nelayan setempat. Sewaktu keliling kepulauan itu kami mengunjungi pulau Tangkian yang merupakan kampung suku Bajo (suku yang tinggal di atas air). Anak anaknya lincah berloncatan di atas perahu.
Posisi kepulauan Togean yang berada di dalam salah satu teluk terbesar di dunia membuat kepulauan Togean menjadi tempat yang nyaman bagi kehidupan bawah laut. Tanpa perlu menyelam terlalu dalam, mata telanjang kita dimanjakan oleh pemandangan bawah laut yang Subhanallah indah tiada tara. Apalagi kala kita menyelam semakin dalam, rasanya enggan untuk naik ke atas kalau sudah terlalu asyik. Di perairan Togean tersebut juga ada bangkai kapal (plane wreck) yang sudah ditumbuhi koral koral cantik areal bermainnya ikan berwarna warni.
ini istilah dalam ekonomi, mbak. titik pertemuan antara permintaan dan penawaran. di titik inilah tercapai kesepakatan harga 🙂
nggih, suwun.
koyok gambar nang tanggalan mbak………uapik tenan……………
Wow… migrasi dari Siberia, jauhnya.
Opo iku titik ekuilibrium?
Hehehe… Iya, banyak banget tempat lokasi wisata potensial (baru) yang didatangi teman-teman Petualang ACI. Termasuk tim saya yang sayang sekali, ada yang terlewatkan karena faktor cuaca dan birokrasi. Salah satunya, Taman Nasional Sembilang di Sumatera Selatan. TN yang unik karena di sana tempat migrasi burung-burung dari Siberia. Kami batal berkunjung karena ombaknya lagi tinggi, harga sewa boat yang tidak mencapai titik ekuilibrium, birokrasi yang ribet, dan waktu yang tak tepat :((
Kalau Togean ini, kami pun takjub dengan ‘temuan’ teman-teman Tim Sulawesi 1. Mantap!!!
Gak ada keterangan apa apa. Tadi aku gugling nyari artikelnya, ketemu ini:
http://aci.detik.travel/read/2011/11/07/174039/1762225/1274/kerajaan-ubur-ubur-di-togean
Informasinya lebih lengkap, dan yang tau cuma guide di Pondok Lestari. Ini resort yang paling sederhana di antara tiga resort yang ada di pulau Kadidiri.
Wah keren Tah. Sepertinya musti didatengin lagi kesana. Hehehehehe…
Ooo… baru ditemukan, pantesan enggak tau.
Lokasinya ngambil di sini mungkin ya. hehehehehe…
Insya Allah aman. Aku pernah nyelam di Bali Barat. Ada hiu putih segede gaban sliweran. Enggak apa2, karena bukan hiu ganas.
Ini, mbak, tautannya
http://aci.detik.travel/readfoto/2011/11/26/161249/1776282/1275/1/danau-stingless-jellyfish-kepulauan-togean
Teman saya di ACI 2011 yang Tim Sulawesi 1 ke Togean dan mereka menemukan danau ubur-ubur stingless ini, mbak 🙂
lupa juga.. deket perempatan rumah sakit umum deh apa rs tentara ya?
Kalau saya dulu SDN 10 dan SMP 1, SMA pindah ke Semarang.
SDN 1 yang di mana yah?.
Kalau SDN 10 tetanggan dengan SDN 3, dekat Taman GOR.
blom lama ku nonton filmnya HF.. ini judulnya six days seven nights.. pemandangan di foto m.evia mirip deh disitu..
jadi bisa berenang bareng hiu ini? aman gitu?
abisnya m.evia lama ga online.. kirain mudik kemana.. met taon baru ya..
iya sering bikin.. tapi cari tulang domba ga ada di jkt.. kudu potong sendiri.. seringnya pake tulang sapi.. makan bareng ubi rebus..
Klau terbit keliatan gak ya? Gak inget, wong perjalanan 3 tahun yang lalu.
Emang sengaja. hihihihihi…
Udah dijawab Farid.
Iya. Piaraan si pemilik resort, ditaruh di kolam air laut. Cuma dikasih pemisah aja dengan laut lepas.
Bener banget. Namanya juga anak2, kayaknya gak ada susahnya.
Pengen nyemplung.
Namanya juga kepulauan, enggak masuk akal kalau dibeliin mobil. Ya gak.
Keren ya, masih pake kuda buat sarana angkutan.
Enggak disimpen. Abis dipotret dibuang, biar gak menuh2in.
Iya pake nama.
Bikin sendiri aja Tin kalau udah pernah ngerasain.
Bentar lagi mbak Nur. Pengennya sih ke bagian timur Indonesia. Tapi enggak tau juga, secara kesana tuh mahal. Gimana nanti aja deh.
tiap senja kelihatan dari tempat inep? kalu terbit ga kelihatan ya.. dibalik gunung?
watermarknya mengganggu banget mbak.. segede gaban..
indah.. selalu kangen sama matahari terbenam dan terbit..
itu yang harison ford nyasar kesini.. apa ya judulnya? lost in paradise?
hiu piaraan?
seru melihat mereka ceriah..
biruuuu.. adem lihat beginian..
pemdanya keren oi punya kapal gini..
masih ada kuda..
masih simpen aja tiket ini.. dan itu pake nama ya?
eh orang palu.. ku sdn1 disana loh.. kangen kaledo jadinya..
kapan mudik mbak evi? mo jalan-jalan kemana rencananya?
kwkwkwkwkwwkw ….
Kadang bisa berhasil lho. Biasanya kalau udah mendekati tanggal mudik, hidungku sering membaui makanan2 Indonesia. Heran ya.
Ngebayangin makan sup kaledo, tapi sambil makan udon dan ebi tempura hahahahaha
ceklokkk.
Itu kan di Pulau Kakaban Kalimantan Timur Tah, bukan di Sulawesi. Dan cuma ada dua di dunia, satunya lagi di Palau.
Dibayangin saja sudah bisa kenyang?
Enggak ngerti aku kenapa bisa lebih mahal. Denger2 katanya PELNI banyak digerogoti korupsi.
Sapa bilang pemerintah lebih murah? Lha Garuda itu milik BUMN, tapi tiketnya lebih mahal. Dulu PELNI memang lebih murah kalau dibandingkan dengan tiket pesawat. Tapi sekarang mahal sekali.
Waktu aku ke Makassar tahun 2008, naik kapal laut yang dikelola DLU (Dharma Lautan Utama). Kapalnya kecil. Bertiga cuma bayar 800.000 lebih, dan itu dapet kamar, bukan di deck.
Kalau PELNI yang paling murah, 217.500 *barusan lihat di situsnya* dan itu di deck. Yang kelas satu, 838.000. Harga segitu kalau di DLU sudah bisa buat bertiga dan dapet kamar sendiri.
Sampun, Mbak’e
http://anazkia.multiply.com/journal/item/747/Surat_Cinta_Dari_Papua
oke deh, tak enteni yooooo
Mbak ke danaunya yang berisi stingless jelly fish?
Pengin ke Togean. Kereeeeeen!
Oo…tulisannya binde ya? Bukan binte?
Betul masakan Gorontalo, bukan Palu. Kirain bisa bikin kaledo sendiri. hihihihihi….
Pengennya sih, tapi apa daya ……
Terpaksa hanya mandangi foto di resep itu sambil ngebayangin lagi makan ..slurrpppppp
Kok punya PELNI malah lebih mahal, mbak?
Ayo ke sana, Om heheheh
Alhamdulillah, kabar baik, Naz.
Tapi lagi ngecess nih, gara2 Mbak Evia nyinggung2 sup kaledo dan binde biluhuta 😀
lah, kalau ga pk PELNI, naik apa mba? bukannya yg punya pemerintah malah lbh murah?
Eh, ada Om Farid 🙂
Apa khabar, Om?
Kalau Binde bilihuta itu masakan khas dari Gorontalo, bukan Palu Tapi di Palu banyak juga warung Binde.
Enak banget tuh,apalagi kalau ditaburi irisan-irisan ikan bakar.
Kalau resep sup kaledo saya gak punya. Tapi saya tahu salah satu bahan utamanya asam jawa hahahaha.
Ini nih resep hasil googling
http://masakoke.blogspot.com/2009/07/kaledo-palu.html
Sik, ngarang dikit lagi hehehe
Foto2nya nanti Mbak lihat sama pemilik aslinya aja
Anaz hanya ambil satu foto dan satu video
uwis?
kalau waktunya banyak, bisa murah Ded.
Kami ke sana naik kapal laut. Tiga orang tujuan Makasar gak sampe sejuta. Asal jangan pake PELNI. Mahal.
PUnya resepnya gak?
hihihiihi …
pengennnn.
Dulu pernah bikin binte biluhuta. Pas lagi di Sulawesi, ndilalah lagi gak musim jagung. Jadi warung2 gak jualan binte biluhuta walaupun itu salah satu menu mereka.
Iyah, Mbak…
kapan ya daku bs main ke Indonesia Timur?pengen pk biaya sendiri agak….lumayan…
cocok neh utk foto di kalender hehehe….
oke deh. di empi kan?
Saya malah baru dengar tuh sejarahnya hehehehe. Mungkin dulu iya, dagingnya dimakan penjajah.
Tapi jaman setelah gak ada penjajah, di warung-warung sop kaledo supnya tulangnya masih mengandung daging.
Malah kalau masak sendiri,milih tulang iga atau tulang kaki yang masih banyak daging nempel.
Slurrppppp, asem-asem pedes.
Sambelnya khas.
Nanti Anaz upload visualnya,Mbak. Anak kecil yang ndayung, nanti mampir yak, Mbak? Hehehe
Sampun nggih …
Lebih tepatnya anak Indonesia hebat hebat..
Ah, jadi inget si Ummi sama Ida 😦
Anak laut memang hebat2
Cek PM
Indonesia memang keren ya Naz.
Cerita lawas Tin. Baru sempet dipublish sekarang.
Iya Helene. Kasihan, Tapi mereka kecil2 sudah pada jago mendayung di lautan bebas. Turun dari rumah panggung ke perahu, mereka meloncat lincah. Udah gitu perahunya kecil yang gak ada penyeimbangnya. Gitu ya gak oleng blas. Beda ama kita kita yang belum terbiasa, naik ke perahu pake tertatih tatih dan itupun perahunya masih oleng. Hihihihi..
Iyo kie mbuiru banget banyune buening
Lautnya tenang kok Helene, kan perairan di teluk.
Heh?? Dari tahun 2005. Xixixixixix…adoh men mbak Arie.
Ayo dipublish mbak Arie. Aku pengen denger cerita yang Wakatobi. Gimana ke sananya, nginepnya dimana transportnya pegimana. Kalau kita googling di internet, daerah2 eksotis di kawasan timur Indonesia, kebanyakan ditulis oleh orang asing. Sedikit sekali yang menggunakan bahasa Indonesia.
Kalau kayak cumi2 berarti emaknya selingkuh ama cumi2.
Indonesia memang kerennnnn!!
Alam Indonesia memang cantik.
Ilalang…
Banyune bening yooooo.
Indah…
Apa kabar mbak Nur? Hihihiihi…
Kangen juga.
Lha kupikir daerah Alaska gituh *melet panjang*
Slruppp….
Katanya ada sejarahnya ya? Makanan orang miskin karena tulang belulang. Dagingnya dimakan penjajah. Tapi justru jadi makanan khas.
kirain mudik kemana..
Kesian ya…..masih anak-anak dah harus kerja, hiks
Uaaapikk tenan, mbak fotone…..
Jadi semakin pingin ke Togean. Foto-fotonya keren, mbak Evia. Tapi, ngebayang’in ombak laut, jadi rada keder juga. Trauma perjalanan dari Ambon ke Seram diserang ombak laut yg gedhe…..berhasil mengeluarkan sarapan pagiku, hihihihihihihi
wedeh rajinnya mb ev… aku yang dari 2005 aja belom semuanya kesimpen di mp ini huhuhu kudu semangat dokumentasi nih…
wow ..kecil kecil mukanya udah hiu bangetttt (ya iyalahhh)
Ouw..masih imut2 sekaliii…*aduhhhh aku kok pengen nutul banyune yo mbak..biru bgt..*
Subhanallahhh…..bagus bgt mbak….
seperti lukisan..baguuusss bangeetttt
Iki paleng mantebs buuuk
mbak eviii…..kangen 🙂
iyaa dong mbak,,,
masa di amsterdam sih ;-D *nyengirimut* ;-p
Iya, bawang goreng yang kriuk=kriuk seperti krupuk itu.
Sup Kaledo dari tulang sapi yang masih ada daging nempel dan banyak sum-sumnya.
Dimakan dengan singkong rebus, Uenaks buanget. Maknyusssss
Berarti tahu banget dengan bawang goreng Kartini dan sup kaledo. uhh..enakkssss
Iya, saya lahir di Palu.
Tapi kedua orang tua saya bukan asli sana.
Sampai SMP saya sekolah di sana.
Daerah mana itu? Masih Sulawesi Tenggara?
Iya, kata penduduk situ ada beberapa gunung berapi di kepulauan Togean, salah satunya di pulau Una-Una itu. Farid dari Palu ya?
Bisa banget. Tapi musti yang agak jauh, soalnya yang deket2 situ airnya dangkal. Karena jernih, dasar lautnya bisa kelihatan banget.
desa lalonggasumeeto..
R-paka
Di Pulau Una-Una itu ada gunung berapi, namanya Gunung Colo.
Jadi ingat tahun 83 atau 84 Gunung Colo meletus, debunya sampai ke Palu.
Saat itu tiap kali keluar rumah pakai masker, dan sekolah diliburkan.
walah… padahal aku nebaknya ngawur. Indonesia kan sering disebut sebut sebagai paradise juga kan.
Bagus banget nih,
Pengen duduk-duduk di jembatan sambil mancing di sore hari 🙂
Film jadul, Paradise yang main si cantik Phoebe Cates 🙂
Bagus banget nih warna air lautnya, biruuuu jernih
hahahahaha …
rodo mirip ancene. lungo ke kediri ambek lungo ke kadidiri ambek lungo berdiri.
indah sekali
nyebut jeneng pulaune mesti kleru kediri :((
Jadi kalau naik pesawat, bu Margono bawa kantong plastik kemana mana?
Khas ya 🙂
Eh kalau ikut nelayan gitu, enggak apa2 ya? Dibolehin? Aku juga pengen tapi belum ada kenalan.
Dan herannya kok gak bau ya. Setelah nyampe tempat, baru nyadar kalau kumpul sama sapi.
Apa ya namanya? Enggak sempet nanya. Hehehehe..
Sekarang disimpen secara digital. Kalau kertasnya disimpen, menuh2in tempat.
Aku pernah naek ferry dari Amsterdam ke London.
Di tengah jalan kasi makan ikan melulu.
Kalo istri saya tenang aja.
Lucunya kalo naek pesawat terbang yang anjlok-anjlokan aku yang tenang, istri saya yang sibuk ngisiin kantong plastik.
anak-anak Indonesia…:)
ini perahu atau semacam jaring apung yang nggak bisa pindah kayak di pangandaran mbak? Ku pernah ikut nelayan cari cumi nginep di perahu (?) kayak gini. susahnya pas kebelet pipis, kalo cowok sih tinggal berdiri di pinggiran yang dari bambu itu, lha kalo cewek…..bisa-bisa kecebur..
kapalnya dua lantai ya….syukurlah manusia kebagian lantai atas he..he..he..
unik banget kendaraannya, namanya apa mbak?
jadi inget jaman sekolah dulu, suka ngumpulin segala macam tiket mulai dari tiket kereta ekonomi, kapal, sampai tiket masuk lokasi trus ikut dipajang di album sebagai bukti perjalanan..
seperti anak anak suku Bajo. Pada bantuin cari ikan.
Iya, jadi guru buat mereka Raya. Ngajar anak2 seperti itu menyenangkan. Itu dimana lokasinya?
ga tau siapa namanya.. wong daku jadi gurunya dsana cuman sehari doang,hihihihihi…
anaknya emang stay cool,mbak..hehehehehe..
tau gaak,mbak?
anak2 ini pada bantuin ortunya jadi nelayan..
nangkap ikan sepulang sekolah..
makanyaaaaa…
dakuh kok kayak kepanggil untuk jadi guru mereka secara permanen ya?
Hahahaha … pada ikut2an Raya.
Itu ada anak yang nggak ngeliat kamera, yang paling depan gak pake topi dan kulitnya rada gelap. Lucu tuh anak.
kayak giniiih
PBL itu apa?
Gayanya Raya kenapa? taruh telunjuk di pipi ya 😛 😛
atau melet?
lha iki wis mbejedus.
kebo cyber.
tambah nggladrah.
lihat aernya ajah udah pengen nyemplung
aku jg pernah foto bareng anak pulau waktu PBL,,
tapi gaya mereka ga sepolos ini deh >_<
apaa karena mereka lihat gayaku yaaa?
hahahahahahaa
Makane gak tau mecungul
kebo milenia ;-D *purapuralugu*
huahahahahaha …
kebonya canggih, bisa ngempi.
lebih tepatnya, sok suebok.
nah tuh kebonya udah komen pas di atas balasan komen mbak,hihihihihi *nyengirkalem*
Kebo Marcuet…
Suebuok yo Mbak?
Halooooo cak Nono. Kebogiro opo kebo giras?
minyak kelapa aja ya, tinggal metik di pohon.
Hampir tiap hari kami berenang. Airnya bening banget Raya.
Namanya juga anak2 pulau yang gak kenal tivi. Gak seperti anak2 kota yang kalau difoto pake ngacungin dua jari tanda salam damai atau telunjuk taruh di pipi. Hihihihi… standar banget kan.
Hehehehee…kebo iku julukan salah siji muridku
hushh…jangan kenceng2. ntar kebonya bangun. :))
minyak tanah ajah,mbak kalo bisa,,
soale skg minyak tanah harganya selangit euuyyyy,,,
berpengaruh banget ama dollar d dompet ;-p
iccchhh,, keren bangeeeetttttt
poloooossssss..
gayanya naturaaaal
wkwkwkwkwkwkwwkk
*sodorin minyak si nyongnyong*
Judulnya Paradise on Earth. hahahaha..
eaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa *mabok*
film asing mbak..
heleh 3 siung, siungnya kebo 😛
sebening hatimu. 😛
khas kota palu bawang goreng ya? hahahahaha…
dulu pernah makan jugah,, tapi 3 siung doang ;-D
beniiing euy..
Waktu itu sempet mampir Palu juga. Dari Ampana ke Palu jalan darat. Nginep di Palu semalam. Jalan jalan beli bawang goreng Kartini. Huenakkkk. Angkotnya asik ya, bisa nganterin kemana penumpang mau dengan tarif normal.
kalau mau motret2 wilayah Palu, saya punya kenalan disana,mbak..
kebetulan doyan motret2 jugaah..
dia bisa nunjukkin mbak tempat yg supeeeer eksotik kalo d potret malam hari..
Kalau jarak jauh dan ombaknya besar, saya juga begitu pak. Kerjaannya tidurrrr melulu di kapal. Abis makan, tidur. Bangun tidur, mandi ke belakang. Ntar tidur lagi. Kalau gak gitu, kepala gliyengan.
Tapi kalau jarak pendek dan ombaknya tenang, Insya Allah enggak.
Kalau naik ferry gimana pak? Seperti Merak – Bakauheni. Kan pendek tuh jaraknya. 5 jam kalau gak salah.
Mendung aja kayak gini ya mbak. Cakeppp banget warnanya. Dan ini memang aslinya begini.
Kalo saya diajak sih ogah tuh.
Soalnya asal naek kapal laut, musti kerjanya kasi makan ikan melulu sampe perut perih.
wuihhhhhhhhh
Film Indonesia atau film asing?
Khas anak laut yang berkulit gelap dan berambut keriting. Baunya juga khas mbak Niez, bau ikan. Aku sukaaaaa banget deket sama anak2 ini.
Sakiing beningnyaaaaaaaa.
Subhanallah..kaya di film…*ah lupa judulnya*
wajah2nya khas yah…
perahunya seperti diatas gel ya mbak..ga’ kaya air laut
Subhanallah…
Hehehehehe iyo..
Masih banyak yang belum dipublish. Dilut ngkas dadi fosil.
ini keburu disusul jepretan mudik tahun ini hehehehe
horeeeeeeeeee …
dung dung plak dung dung plak toneng toneng.
horeeeeeeeeeeeeee akhirnya mb evi kembali posting di empeh…