Remah remah cerita yang tercecer di perjalanan backpacking keliling Amerika menyusuri jalur kereta selama 50 hari tahun 2009
JATUH CINTA DI KOTA NEW YORK (NYC) bagian 5
Satu nusa
Satu bangsa
Satu bahasa kita
Tanah air
Pasti jaya
Untuk Selama-lamanya
Indonesia pusaka
Indonesia tercinta
Nusa Bangsa
Dan Bahasa
Kita bela bersama
(Pencipta lirik dan lagu: L. Manik)
“Hi, what country are you from?” sapaan itu membuyarkan lamunan saya.
Indonesia!
Segera terdengar Satu Nusa Satu Bangsa yang mengalun merdu melalui gesekan biola. Alunan yang mampu membuat mata saya berembun di perantauan. Dan sejenak melupakan kegalauan saya akan pisau lipat. Saya tidak menyangka sama sekali, bahwa disini, ribuan kilometer jauhnya dari tanah air bisa mendengarkan Satu Nusa Satu Bangsa yang dimainkan oleh orang asing di taman kota.
“How do you know that song?” tanya saya tak sabar begitu lagu usai dimainkan. Sebagai jawabannya, si bapak pemain biola mengarahkan telunjuknya ke sebuah tas besar disampingnya. Isinya berlembar lembar kertas partitur. Entah berapa puluh atau mungkin ratus koleksinya. Yang jelas beliau hapal di luar kepala hampir sebagian besarnya, dan itu termasuk Satu Nusa Satu Bangsa. Si bapak juga mengaku tahu sedikit mengenai Bapak Bangsa kita, the founding father, presiden pertama Indonesia. Ir. Soekarno. Tanpa disadari, mata saya berembun (lagi).
Tak segan saya meletakkan lembaran dolar di depannya. Iya, bapak penggesek biola ini adalah salah satu pengamen yang bertebaran di taman dekat pintu masuk kapal ferry. Bermacam alat musik yang mereka pergunakan dan sebagian besar melakukannya dengan serius. Bukan kualitas ecek ecek. Bukan hanya pengamen musik, tapi juga pengamen pertunjukan yang memikat mata. Sangat menghibur pengunjung yang dilanda kebosanan dalam antrian. Berjam jam menanti dalam antrian tak berarti apa apa.
Tibalah kami di ujung antrian, memasuki kapal ferry. Yeah, akhirnya. Kapal melaju dengan kecepatan penuh. Begitu patung Liberty menampakkan diri, semuanya berdiri membidikkan kameranya. Sulit sekali mencari sudut pengambilan tanpa terganggu manusia manusia itu. Untung saya bawa lensa sapu jagat.
Sesaat kemudian, kapal berlabuh di pulau dimana patung Liberty berada. Bujubuneng, yang ngantri untuk memasuki kapal sudah menanti. Seperti kerumunan semut saking banyaknya. Kami memutuskan ikut kapal aja, nggak mau turun. Nanti baliknya ngantri lagi, mau nyampe Manhattan jam berapa? Bisa bisa nggak keburu jam 4 sore, lha wong itu sudah jam satu siang. Nanti pisau lipat saya melayang. Huaa…..
Setelah penuh, kapal ferry berangkat menuju pulau Ellis. Pulau pendaratan imigran jaman dulu. Disini kami juga tidak turun. Lagi lagi karena antrian penumpang yang memasuki kapal begitu banyak. Cukup puas melihat dari atas kapal.
Setelah menaikkan penumpang dari pulau Ellis, kapal kembali ke Manhattan. Masih sore. Kalau nggak salah belum jam tiga. Bergegas kami mendatangi calo tiket, menjemput pisau lipat saya. Wah, si bapak masih disana. Tersenyum lebar menyambut kami.
“Hallo my friend. Here is your knife. Do you like Liberty?”
Ah, New York!!!!
Bersambung
Note: waduh ternyata panjang juga episode New York ini. Tinggal satu bagian nih. Bagian penutup. Mudah mudahan masih ada sisa semangat dan tenaga buat menyelesaikan.
Sedikit bocoran, kami kleleran di taman kota nggak ada tempat buat istirahat dan berkenalan dengan pekerja bangunan alias kuli.
Related posts
Perlu dilestarikan. hehehehehehe…Mudah2an ini karena what goes around comes around.
Si penjual karcis termasuk manusia langka tuh!
Iya ya. Dan saya bisa begitu saya percaya sama si bapak penjual karcis itu.
Justru kepercayaan merupakan yang paling susah diperoleh jaman sekarng ini!
Cuma modal percaya doang.
Wah, bisa nonton patung tanpa kehilangan piso!
yo embuh.sampe sekarang masih tanda tanya apakah betul supersemar itu ada? apakah betul pemberontakan PKI itu memang ada?
udah diresmikan, berarti sah wes:link: http://www.antaranews.com/berita/261722/rumah-kelahiran-bung-karno-di-surabaya-diresmikansesuk nek pulkam, arep mampir mrono.Polemik ini sudah berlangsung lama, bahkan pihak keluarganya juga mengakui:link: http://news.okezone.com/read/2010/08/31/337/368329/sukmawati-bung-karno-lahir-di-surabayaAku masih penasaran, kenapa penulis sejarah waktu itu memalsukan sejarah?
Iyo. Aku baca di empinya April. Bung Karno dipulosoro, bahkan hingga kematiannya.
Sekarang lagi rame soal kampung kelahiran Bung Karno ya :)kalo disengaja terjadi pemalsuan sejarah, pancen nggapleki wonge.
Wis lali mas. Intinya yang baik baik mengenai Pak Karno.
Apa pendapat bapak itu tentang Bung Karno?
Orang orang yg lewat ditanyain “asalnya darimana”, trus ngkok dekne memain lagu yang berasal dari negera si penjawab. Luar biasa banget.
luar biasa bapak itu.
Ho-oh
He-eh
mengharukan yo
Hiksss
iya nih mbak, lagi ditulis pelan2. Idenya lagi ke laut
sik yo, tak nglumpukne pangsit disik 🙂
ditunggu penutupnya … seru
hihihihi, kleleran ni ye….ayo penutup e yuk
tenan. jian wegah banget.
Hehehehehe….bisa jadi
Hahahahaha….Ra sido neng Liberty malah ndoglog neng ngarepe pakne.
iya mbak. Apalagi ini yg main orang asing, tambah terharu.
Beda banget dengan kota2 besar lain di US ya, paling tidak yang pernah aku datangi. Pelukis yo ono. Itupun malam hari. Mengenai Liberty, sakjane yo males. Tapi sawangane wis tekan NYC kok ra ndeleng Liberty koyok ra neng NYC :)) Cukup sekali saja. Wegah olehe ngantri jam jam’an. Aluwung thenguk thenguk neng ngarepe jembatan sing pating sebar neng NYC.
Wah mantep nih si bapak bisa memainkan musik satu nusa satu bangsa…..Aku ki malah turun dari ferry dan ngelihat Liberty dari bawah. Kalau ngga salah naik cuma sampai lantai 1 karena mau ke puncak, antrean puanjang bianget…..
wkwkkwkwkwkkwkw… ono2 ae komentarmu mas.Klu ada pengamen NY nyanyi lagu genjer2, aku menduga mas Tigun yg ngajari… :))
Untung sang maestro biola ndak main lagu ‘Njer-Genjer’. Isok tambah gero2 sampiyan, buk…… :p
Mendengar lagu tanah air di negri orang memang selalu bikin berembun ya mbak… Selalu…
memang street performers di NY banyak yg bagus, kadang mereka juga jual CDnya segala… keren yo, ngamen tapi iso rekaman? hehe…itulah yg bikin NY unik, meskipun beda sosial kelas tapi tetap aja kaya miskin naik subway & bis umum…hahaha…. jebule yo ming liwat Liberty tho mbakyu? tak kirain sempet turun… aku yo emoh sing ngantri kuwi, coba aku bawa 2 unyils… wis stress dhisik 🙂