Genap seminggu lebih kami meninggalkan tanah air. Kembali menjalani keseharian, mengurus suami dan anak, beberes rumah dan segala tetek bengeknya, sosialisasi dengan komunitas, urusan kuliah, bla bla bla.
Komunikasi dengan tanah air masih tetap intens, tetapi dengan sarana yang terbatas. Apalagi kalau bukan dengan internet. Untuk menggunakan telepon seluler saat ini masih belum bisa. Kami kan tinggal di kota kecil, alias ndeso. Nomer selular Indonesia saya hanya bisa berfungsi di kota kota besar. Itupun dengan biaya yang menetehen. Sekali kirim SMS biayanya 4.500 rupiah. Begitu memasuki kota Duluth, telepon selular saya langsung pingsan. Sedangkan telepon seluler dengan operator lokal, saya menggunakan paket pra bayar dan sayangnya tidak bisa mengirim SMS ke tanah air.
Sewaktu saya tiba di kota St Paul (kota besar pertama Amerika setelah pesawat meninggalkan Tokyo Jepang), saya gunakan kesempatan terakhir untuk ber SMS dengan sisa sisa pulsa yang masih ada. Daripada nanti hilang begitu saja karena nomernya hangus.
Ternyata, begitu memasuki kota Duluth, sinyal di telpon selular masih ada dua garis. Enggak seperti biasanya deh.
Dan yang bikin saya terkaget kaget, pagi ini ada SMS masuk dari tanah air. Langsung sebanyak dua biji. Panjang pulak. Satu dari sahabat SMP di Surabaya dan satu dari sobat kental di Toraja. Lucunya, dengan dua orang manusia itu saya malah jarang berSMS selama di tanah air, malah lebih asik ngobrol sampai berjam jam dibanding berbalas SMS.
Justru dengan seseorang yang aktif berbalas SMS akhir akhir ini, malah nggak bisa masuk. Entah kenapa bisa begitu. Mau tanya ke rumput yang lagi bergoyang, rumputnya kurang panjang, anginnya terlalu lembut sehingga pesan dari jauh tak bisa sampai.
Met lebaran ya Evia dan maaf lahir batin !!
Iya mbak. Ternyata podo wae yo. Namanya kota kecil dimana mana sama. Dan di kota kecil pula, penduduknya lebih ramah. Lho? Opo hubungane..
Vi, kukira yang susah sinyal cuma di kota kecil di sini doang.
nggak punya parabola. Gimana kalau pinjam tanganmu angkat tangan tinggi2 dimari Ed? qeqeqeqeqe….Lebih sakti buat nyari sinyal sekaligus buat tepok nyamuk.
pasang antena parabola tinggi tinggi sembari berdoa siapa tau bisa wakakakakak
Sukur Ed, ternyata emang bener. Hapeku bisa terima SMS dari tanah air. Aku dah coba minta temen2ku ngirim, dan masuk. Hanya bisa terima saja, nggak bisa ngirim. Itu aja udah ALhamdulillah. Dua tahun lalu mana bisa, begitu masuk Duluth, langsung mingkem deh hapenya. Hape yang pake satelit? Eleuh eleuh, canggih bener. Iya kalau orang supersibuk seperti Donald Trump, bolehlah langganan satelit. Bayar bulanannya menetehennnn. Aku emang supersibuk namanya juga emak emak di rantau tanpa pembokat, tapi urusannya sini sini aja. Kalau Tramp, urusannya sudah situ situ dan sana sana.
he..he.he..moga moga koneksi hape dikau nambah yahud :)),eh nggak langganan hape yang pake satelit aja ???
Duluth di pinggir danau Superior. Negara bagian Minnesota Ed. Skype emang gratis, tapi kan tetep harus pake koneksi internet kan. Dan itu musti mantengin komputer.Aku maunya pake hape. Emang sih katanya sekarang hapepun juga bisa koneksi internet, tapi nggak seru mbah. Keyboardnya terlalu kecil. Lagian jariku jempol semua, nggak muat keyboard henpon. Huehehehe..
Duluth dekat mana Evia ?..he.he.he.daku butak peta.Enaknya skype aja yah, gratis dan sangat oke .