Alhamdulillah selesai sudah keblegan tugas yang menguras tenaga seisi rumah. Capek tapi seneng.
Jadi begini, dua minggu terakhir ini aku bertapa mencari pangsit bakso dan kawan kawannya.
Tugas pertama adalah belajar karena ujian tengah semester sudah ngawe awe (melambai lambai). Hasilnya gimana? Yang ASL (American Sign Language – bahasa isyarat untuk penyandang bisu tuli) mbuh gimana, pede jaya aja serasa hasilnya bagus.
Tugas kedua adalah presentasi mengenai fotografer pilihanku di depan kelas untuk mata kuliah News Photography. Ndilalah fotografer yang kupilih memiliki jalan hidup dan karir yang sangat menarik sekaligus menyentuh. Presentasiku dipuji dosen karena liputan fotografer pilihanku berbeda dengan fotografer fotografer lain pilihan kawan kawan sekelas. Menariknya gimana dan apa yang membuat ceritanya begitu menyentuh? Aku lagi menunggu ijin dari beliau untuk diceritakan dimari. Kalau dikasih lampu ijo, Insya Allah aku ceritakan. Kalau enggak, kusimpan untuk diriku saja yaaaa 😛
Tugas ketiga, nah ini gak kalah menariknya. Jadi pembatik, tukang potret sekaligus asisten menari di acara “Indonesian Arts & Cultural Festival.” Sudah lama aku nggak membatik, terakhir di bulan Mei 2009 di acara Festival of Nations. Tahun 2010 aku diundang lagi oleh panitia Festival of Nations, tetapi dengan berat hati kutolak karena nggak sanggup dengan jadwalnya. Aku harus meluangkan waktu minimal lima hari, sehari untuk setting lapak dan empat hari untuk pamerannya. Acara ini sebetulnya sangat bergengsi karena masuk dalam “top 100 events” menurut ABA (American Bus Association) dan “top 200 events” menurut Discover America. Tetapi bagaimana lagi, anakku sekolah dan gak bisa ditinggal ya terpaksa kutolak. ABA dan Discover America adalah organisasi yang bergerak di bidang industri perjalanan dan pariwisata.
Biasanya kalau aku ikut pameran dan sekaligus melakukan demo, anakku ikut untuk membantu membatik. Capek mbok membatik sendiri. Yang satu membatik yang satunya memberi penjelasan kepada pengunjung. Kalau ada suamiku lebih enak lagi, bisa jadi corong ngomongin batik dengan fasih. Suamiku bukan pembatik tetapi mengetahui seluk beluk proses membatik dan tahu sedikit tentang sejarahnya karena hampir setiap hari melihat dan memperhatikan istrinya bergumul dengan batik. Tanpa disadari beliau mengerti tanpa harus menjelaskan panjang lebar.
Peta negara Amerika Serikat dalam batik yang masih jauh dari selesai. Dikerjakan kalau lagi nggak males dan ada waktu. Mulai bikin tahun 2009 sewaktu pameran di Festival of Nations.
Peta negara Indonesia. Pengerjaannya lumayan cepet karena waktu itu tinggal di Indonesia. Sering demo batik sehingga betah walapun pengerjaan peta Indonesia cukup susah. Banyak rencek rencek pulau kecil seperti marning jagung bikin capek mata. Beda dengan peta Amerika yang sedikit sekali pulau pulau kecilnya. Selesai dibatik dan diwarna, proses ngelorodnya titip ke teman. Kalau proses ngelorod di Amerika, wah mumet.
Acara Indonesian Arts & Cultural Festival ini hanya berlangsung sehari dan diadakan pada hari Sabtu. Jadi gak harus bolos sekolah. Jumat sepulang sekolah berangkat ke Twin Cities dan kembali ke Duluth hari Minggu pagi.
Selain membatik, aku juga mendapukkan diri jadi asisten tari. Yah siapa lagi kalau bukan jadi asistennya Menik. Apa ya bahasa Indonesia
yang pas untuk mendapukkan diri? Latihan menari musti dioprak oprak dulu. Menyiapkan baju dan asesoris menari sekaligus memasangkannya. Baju menarinya sudah banyak yang kekecilan. Musti beli kaos putih dan celana hitam sebagai ganti yang ngapret. Sedangkan asesorisnya masih bisa dipakai semua.
yang pas untuk mendapukkan diri? Latihan menari musti dioprak oprak dulu. Menyiapkan baju dan asesoris menari sekaligus memasangkannya. Baju menarinya sudah banyak yang kekecilan. Musti beli kaos putih dan celana hitam sebagai ganti yang ngapret. Sedangkan asesorisnya masih bisa dipakai semua.
Fotonya Menik di harian nasional Star Tribune. Suka aku dengan judulnya. Slogannya negara bagian Minnesota adalah “the land of 10,000 lakes” sedangkan Indonesia terdiri dari lebih 17ribu pulau. Keren kan.
Urusan kaset pengiring menari juga rada runyam, karena kami hanya ada memiliki format VCD. Dulu pernah ditransfer ke format kaset melalui player yang ada VCD dan kaset. Lha kok pas menari, kasetnya ketinggalan di gedung pertunjukan. Hadehhh..
Kami musti beli DVD player khusus yang bisa memutar VCD karena player yang sudah ada gak mau bereaksi. Player tersebut juga ikut dibawa ke Twin Cities untuk jaga jaga siapa tahu VCDnya gak mau bunyi di sound system gedung. Lha kok ndilalah player yang kami bawa mandeg greg. Ya ampunnnn. Untung laptopnya suami bisa memutar VCD itu. Jadi deh laptopnya disambung ke sound system gedung. Format VCD memang gak umum disini.
Membatik iya, asisten tari iya fotografer juga. Foto foto hasil bidikanku bisa dilihat di situs kantor berita Antara.
Di acara ini pula aku bertemu dengan mantan bintang film, Shirley Malinton, yang kondang di eranya Rano Karno. Setelah tidak berkiprah di dunia film beliau mewujudkan cita citanya menjadi diplomat. Di awal karirnya beliau bertugas di Italia dan beberapa tahun kemudian bertugas di Kanada. Kini beliau berdinas di KJRI Chicago sebagai Konsul Penerangan dan Pendidikan.
Karena ketemu Shirley Malinton, aku diundang untuk membatik di acara yang bakal diadakan di KJRI Chicago. Acara tersebut diprakarsai oleh Shirley Malinton. Apakah itu? Tunggu tanggal mainnya. Mudah mudahan jadwalnya gak bentrok dengan jadwal kuliah dan jadwal sekolah Menik sehingga bisa ditinggal sebentar.
huahahahahahaa…tuenan kuwi. ekspresi cangkem dan suara pas kata totop jiannnnnnn. muantep mbokkk. muka serius, cangkem menyonyo.
wakakakkaka….asli edyan ik….
ra mecucu ming njebek kebawah. :))))
iya paling yaa..serius le monyongke lambe barang kuwii lhooo, dadine ngluwihi lehku mecucu… :))
bwhahahahaha…nek ndeleng koncone Menik ngomong, tambah kemekel bekne. Wajahnya full serius berusaha menirukan plek ketiplek sak cengkok2e. qaqaqaqaqa…Saiki bocahe lagi sinau ongko 0-10 coro Indonesia.
bwehehehhe,aku kemekelen ki mBakkk….
waqaqaqaqaqaq……..selak Mount Royale totop
hahahamutunggggggggggg…piye le nempur tokone selak tutup je jare Menik… :))
yo wis.10 karung masing2 satus kilo. karepmu kono wes. ra nempur sewulan 😦
hahahatetep emohhhhhhhhh….
yeeeee…neng kene ono sing karung goni. Karunge apik pek. Gelem yo? ngkok setoran becak to krikiti lohhh :))sumber foto: http://www.marketamerica.com/affiliate-72276256/royal-rice-basmati-6_burlap_bags_32_oz_ea.htm
iku jenenge kantong plastikkk, hudu karungggg…!! #manyun
boleh. karung isi sekiloan kan 🙂
hahhaiki meneh nambah paittttttttttt…..berassss, 10 karung piyee…?? 🙂
brambang saki kilo nek ngono yooooo?
emohhh….
ra eneng. genti gatot sak karung we yooooo?
ronng benggol ana susuke ora mBak…?
sak kethip ae.
piraaaaaaaaa…?
mbayarrrrr
mbak tag sikk….
kalau berminat banget untuk belajar membatik, di Jakarta ada. Coba datangi Museum Tekstil di Tanah Abang. Nama pengajarnya mbak Arie. Mudah2an masih ada.Di Museum Tekstil relatif lebih murah biayanya dibanding di lain lain tempat. Jam belajarnya juga fleksibel. Dan kita bisa belajar sampe mahir. Dulu aku belajar disana. Bisa datang kapan saja, mau Museum baru buka sampe mau tutup, terserah. Mau datang seminggu setiap hari, silakan. Juga gak ada batasan usia. Dari TK sampe orang tua.
wah minggu yang sibuk ya Evia, Menik udah cah ayu dewasa … sip seneng denger kesuksesannya, mbatiknya juga … pengeeeenn belajar
asal ojo aku sing dikerek. 🙂
banyak dan denger denger mau dilombakan
maksudnya rempong?hehehe…yang ngliat emang rempong.
walah…aku ketinggalan jurnalnya mb Evi yg iniMenik cuantik, ngremo ya mbak ? keren banget, menurutku angel banget lho nari remo(ng) itu :)batiknya juga keren, kreatip banget…melu bangga….hihihi
hidup batikkk…berarti banyak americano americano yg sdh tau batik ya jeng…
Weissss…ibu kita semangkin ngerek gendero…..Toooooopp dah… 🙂
weh, ganti HS. pangling aku :))
ninggal jejak dulu yo mbak, kereennn pokoke njenengan 🙂
haiss…koyok pesbuk ae :))
ngelorod itu menghilangkan lilin. kalau di Indonesia caranya direbus. kalau disini caranya diseterika. kurang panas dan lilinnya masih sering ketinggalan di kain. kalau mau ngerebus disini, musti bener2 panas airnya dan tempat buat merebus juga musti guede. Kalau nggak, lilinnya muter muter aja disitu, nempel lagi nempel lagi.
teamworknya kawan kawan yang hebat.
laik dhis bangget pokoke lah
oh itu menik.. keren jadi cover koran..ngelorod itu paan sih?
keren, mba’!
team work semua kawan kawan juga ini.
tentrem kerto raharjo. :))
nek ono panganan, wis tentrem yo? Wkwkwk
mantappp.Keren abis deh!! salut buat Uni sekeluarga.
Alhamdulillah ora. Kan dibagi roto bertiga. Bagian usung2 barang bojoku, urusan teknik2an bojoku. aku tinggal ngatur meja, naruh barang, pasang bajunya menik. Tapi senenggggg ketemu teman teman lama. Dulu aku kan pernah tinggal di suburbnya Twin Cities, jadi ya berhai hai sama mereka. Belum lagi ketemu makanan gratisan. xixixixixi….
qaqaqaqaqaq…..hadehhhh malem2 bikin orang cekikikan. emangnya kolor ijo :))))
Maksud daku cakepan yang foto berkolor punya..ha.ha.ha..
waaaah, te o pe be ge te deh..Ora remuk po awakmu mba ev??
Beda gimana Ed? Korannya ku scanning Ed. Nyari versi onlinenya gak nemu. Aku udah hubungi fotografernya belum dibalas juga :(Yo wis akhirnya korannya aku scanning.
Ntar ya, Insya Allah aku tulis deh. Sudah dapet lampu ijo dari fotografernya 🙂
Makasih Sarah. Sebetulnya aku malessss banget waktu awalnya. SEnengnya ngoprek oprek menik buat latihan tapi emaknya sendiri males ngegambar kain. Seminggu sebelum acara baru nabyak nabyak ngumpulin bahan. Untung ada suami. Urusan ngoceh ke pengunjung kuserahkan ke dia aja.
Kok poto menik di koran sama aselinya beda yah ?
iya ning. bangga rasanya jadi orang Indonesia. Dari segi fisik dikagumi. Mereka demen sama kulit item. Dari segi budaya, apalagi.
menik belajar di Taman Budaya Cak Durasim Surabaya. Kalau di Jakarta semacam TIM mungkin ya? Mungkin lho, soalnya aku gak tau Jakarta. Di Taman Budaya banyak cabang tari yang diajarkan, mulai tari Jawa klasik, Jawa modern, tari Bali, tari Jawa Timuran, tari kreasi baru dsb. Dulu aku juga belajar nari, tapi setelah remaja bubar grak. Sekarang yo wis lupa kabeh.
Alhamdulillah mbak, meskipun awalnya muales sekali. Ngegambari kain dengan motif batik, lagi mati ide.
kerencengan kunci 😛
enggak lah kalau segala bisa. aku ini pemalas, males bersih2, males mandi 😛
pirang kilo :))sak ton ae yo
bandros ae mbak, luwih enak :))
Waduh pengen tau liputan fotografernya mbak 🙂
Dengan aktivitas seabrek, jangan lupa jaga kesehatan ya Mbak Via.Setuju sama komen diatas. SUNGGUH LUAR BIASA. Kalo aku dah sutris dengan kehectican luar biasa gitu. Salut.
kerennnn!!! bangga deh jadi orang indonesia
mencari pangsit dapetnya batik yang maknyus..he.he.he. si menik hebats, belajar menari tradisionalnya sama siapa ? dikau ?
plok..plok..plok… sukses semua… membayar kecapekannya ya Vi. SSemoga budaya kita makin banyak di kenal di sono.
keren keren kerenkeknya kata yang tepat bukan keren dehtapi LUAR BIASA……..jempol eut 🙂
hebaat mba, segala bisa…. ^_^
Wis…muantep rekkkk…hehehehehee
Huebattt mbakyu…wis no comment liyane. Pokoke jos gandhoss..