Lanjutan dari Nasib si paspor ijo (1) dan (2)
Syarat kedua, memperbaharui akte lahir yang usia aktenya di atas lima tahun.
Lupa dulu gimana prosedurnya. Apa melalui RT RW Kelurahan Kecamatan seperti mengurus KTP atau tidak. Yang aku ingat, aku mengurusnya di Kantor Catatan Sipil. Emang lagi rejeki karena kantor Catatan Sipil menghilangkan arsip akte lahirku. Akibatnya aku harus mengurus semuanya dari awal. Bagus sekali, mereka yang menghilangkan aku yang kelimpungan riwa riwi ngurus kesana kemari.
Itu masih belum seberapa dibanding akte lahir milik suamiku. Belanda lagi lagi memberlakukan diskriminasi peraturan, suamiku yang kelahiran Amerika diminta untuk memperbaharui bila aktenya berumur lebih dari enam bulan dan masih harus dilegalisir oleh pejabat terkait.
Kelar urusan bikin akte lahir baru yang menghabis waktu berminggu minggu, menginjak ke syarat berikutnya yang bikin garuk garuk aspal.
Syarat ketiga, legalisir akte lahir ke Departemen Luar Negeri dan Kedutaan Belanda di Jakarta.
Aku telepon ke Departemen dimaksud di Jakarta untuk bertanya bagian apa dan siapa yang harus aku hubungi yang mengurus dokumen terkait. Dipingpong kiri kanan muka belakang dan berakhir dengan, “Ibu hubungi si anu saja biar mudah urusannya. Gak perlu repot repot dari Surabaya datang kemari. Biayanya murah. Cuma sekian sekian sekian.”
*disuruh nyalo gitu ya?*
hadehhh…
Syarat keempat, legalisir surat nikah ke Departemen Agama (karena nikahnya di KUA yang berada dibawah departemen Agama), Departemen Luar Negeri dan Kedutaan Belanda di Jakarta.
Dua syarat terakhir tersebut bikin aku protes. Lagi lagi kami datang ke Konsulat Belanda di Surabaya untuk mencari infirmasi seperti: mengapa harus ke Jakarta untuk legalisasi? Apa nggak bisa legalisasi di Surabaya? Kan ada kantor cabang departemen departemen dimaksud di Surabaya? Alih alih memberi jawaban, eh mereka malah memberi contoh foto kopi buku nikah yang telah dilegalisir. Pertanyaannya gak nyambung dengan jawabannya.
Karena melibatkan birokrasi empat negara, urusannya semakin mbulet. Hirarkinya begini, ada tiga perusahaan dari tiga negara yang berbeda. Perusahaan A adalah perusahaan Amerika sebagai penyedia barang dan jasa konsultasi dimana suamiku bekerja. Perusahaan P adalah perusahaan Perancis yang menggunakan jasa dan produk dari perusahaan A. Sedangkan keseluruhan pekerjaan dilaksanakan di negara Belanda dan ditangani oleh perusahaan B yang berlokasi di Belanda. Jadi disini ada empat negara yang terlibat yaitu Amerika, Perancis, Belanda dan Indonesia.
Secara struktur organisasi, harusnya perusahaan P yang mengurus dokumen dokumen kami karena perusahaan A berhubungan langsung dengan perusahaan P dan bukan dengan perusahaan B. Tetapi si perusahaan P lepas tangan.
Karena gak juga ada kemajuan berarti dalam waktu sebulan lebih sehingga membuat gerah kantor pusat di Amerika maka diambillah keputusan bahwa kami akan dibantu oleh agen. Pihak HRD di Amerika menunjuk sebuah agen di Belanda (AB) yang menggandeng sebuah kantor pengacara di Jakarta (PJ) yang konon katanya (menurut si AB) sudah berpengalaman dalam urusan dokumen imigrasi seperti ini. Keribetan sedikit mengurang dengan adanya agen. Sedikittttt saja, gak perlu banyak banyak nanti batuk 🙂
Dalam hitungan hari, akte lahir dan surat nikah kami sudah dilegalisir oleh departemen terkait mulai dari Departemen Agama, Departemen Luar Negeri dan Departemen Kehakiman. Tahap selanjutnya adalah menyerahkan semua dokumen yang diminta ke Kedutaan Belanda. Begitu dokumen dokumen tersebut mulai nyemplung di Kedutaan Belanda untuk dilegalisir, mulai nampak ketidak konsistenan mereka. Pihak Kedutaan Belanda meminta supaya buku nikah kami disertai surat pernyataan dari Kantor Catatan Sipil. Sebelumnya kami sudah menanyakan kepada Konsulat Belanda di Surabaya dan mereka tidak menyebut sama sekali bahwa buku nikah tersebut harus didaftarkan dulu ke Catatan Sipil.
Baiklah, akupun pergi ke Kantor Catatan Sipil dan hasilnya adalah permintaan kami akan surat pernyataan tersebut ditolak. Alasan mereka karena kedudukan KUA dan Catatan Sipil adalah setara dalam hal pencatatan pernikahan oleh sebab itu Catatan Sipil tidak bisa memberi surat pernyataan untuk pernikahan yang dilakukan oleh KUA. Sebagaimana diketahui pernikahan secara Islam dicatat oleh KUA dan penikahan secara non Islam dicatat oleh Catatan Sipil. Sepulang dari Kantor Catatan Sipil, kami lantas menghubungi PJ.
upss…belum ditengok.*meluncur*wusssssssssssss
lho? piye toh mbakeee…hihihih..mbakkk…aku kirim PM lhoo dibuka yooo…
Aku lupa, dulu apa pertimbangannya kok setting network ya?*lho kok malah nanya* qeqeqeqeqeq…
Sumonggo empunya rumah..:) aku rasa sharingnya mbak Evie bisa jd pelajaran bagi orang lain..paling nggak biar nggak menggampangkan urusan dokumen.
Betul. Alhamdulillah sudah lewat. dan Alhamdulillah ada hikmahnya. Salah satu hikmahnya, ada postingan ini. hehehehehehe. Banyak yang tau kan, betapa rumitnya urusan dokumen. Dan yang ngasih informasi gak kalah gebleknya, padahal orang konsulat. Ditanyain, ngasih jawaban gak meyakinkan dan cenderung plonga plongo. Apa aku set for everyone aja ya postingan ini? Biar dibaca orang banyak.
Iya mbak..aku domisili KTP Jakarta. Memang orang Embassy lebih pinter dari orang Konsulat kayaknya, mbak. *rumor kl yg diplomat di Indonesia biasanya diplomat ‘buangan’, let alone yg di konsulat hehehe*Waktu itu memang aku udah berbekal pengalaman ngurus visa student ke Belanda sendiri, Jadi pas ngurus visa istri udah tahu kalau Embassy punya daftar khusus nama-nama penterjemah resmi yg mereka akui (dan kadang berfungsi ganda juga sbg agen yg bantuin legalisasi ke kantor pemerintahan)-diluar dari daftar mereka, gak akan diterima- Satu paket nerjemahin akte lahir dan dokumen2 lain. Seperti ijasah2 juga…abis diterjemahin, legalisasi kampus, legalisasi depdikbud trus konsuler. Kasusnya mbak Evie emang nyebelin bgt…informasinya sekiprit sekiprit..jadinya njengkelin dan rasanya kayak diping-pong. Tsk! Syukurlah udah lewat yo mbak…
Lessy waktu itu domisilinya dimana?Kalau di Jakarta, lebih sederhana dibanding yang tinggal di daerah, lebih2 setelah ada otonomi daerah. Masing masing provinsi memiliki aturan sendiri yang belum tentu sama dengan aturan di Jakarta. Itu makanya, aku dipingpong kesana kemari dan gak ada titik temu. Itu baru satu urusan, legalisasi buku nikah. Belum akte lahir, belum terjemahan, belum rapor sekolah anak.
*baca ini jadi langsung buka buka buku nIkah sendiri liat cap cap-annya*…dulu rasanya legalisasi yang dibutuhkan adalah legalisasi buku Nikah dari Dep Kehakiman dan HAM, trus legalisasi dari Embassy Belanda. (waktu itu belum diwajibin belajar bahasa Belanda, mbak)..dan kalau ga salah MVV studentku masih berlaku walau hampir expired.Itu tahun 2002.Th 2005 ngurus yg sama waktu mau pindah ke Jerman. Yg dilegalisasi juga terjemahan surat2 ke Bhs Jermannya.Pernah usil nanya kenapa ribet gini. Katanya surat2 Indonesia banyak yg dicurigai keasliannya. Atau kalaupun asli tapi substansinya palsu. *halah*
hoaaamm aku juga ngantuuuq..tapi gak boleh bobo! 😦
tak tinggal bobo ya. nguantukkkkzzzzzzzz
belumm mba..ntar an lagi deh.. gawe dulu!! :))
baru juga di jilid 3. udah baca jilid 4 dan 5 belum? ntar garuk2 aspal deh. hihihihihi…
halah ribet banget yaah
sip
Betul. Dan sebenarnya yang harus mengurus paper work kita adalah perusahaan Perancis yang bertindak sebagai sponsor kami, tapi mereka lepas tangan.
IC Mbak.. itu memang utk masalah pernikahan..tp pd prinsipnya pengurusan MVV tergantung sponsor ato partner…Suami ato Boss dmn kita kerja..utk kasus mbak Evi , emang rancu ya ? WN USA yg kerja di BLD dgn Mbak yg org Indonesia.. belibet jadinya di IND ( imigrasi Bld )mungkin aq yg gak gt paham krn beda kasus , meski sama ribetnya…anyway, smoga aq bisa cari info dan suatu saat bisa di share .. ok Mbak ?
aq koq bisa ya ?ini lagi buka…
Akhirnya ketemu info MVV di bagian “Pernikahan dua warga negara.”Disitu disebut bahwa pemerintah Belanda hanya mengenal pernikahan yang dilakukan di Catatan Sipil. Itu kalau menikah dengan warga negara Belanda, informasinya bisa dipake. Kasusku kan beda Ji. Suamiku bukan warga negara Belanda dan kami akan ditempatkan di negeri Belanda jauh setelah kami menikah. Kita mana ngerti aturan Belanda seperti itu?
aku klik barusan.Info mengenai MVV gak bisa dibuka. http://indonesia-in.nlembassy.org/Tentang_Kedutaan/Bagian_dalam_Kedutaan/Konsuler/Lihat_juga/VisaAda tulisan: “page not found”
hhhmmm .. sll ketemu kesimpang siuran dlm informasi ya Mbak ?aq nemunya malah di situs mereka : http://indonesia-in.nlembassy.orghttp://indonesia-in.nlembassy.org/Config/Right_column/Konsulat_Belanda_di_Indonesia/Konsulat_Surabaya#internelink4
nah, sayangnya waktu itu gak dijelaskan oleh Konsulat Belanda di Surabaya. Informasinyapun juga ada yang tidak seragam antara Konsulat Belanda di Surabaya, Kedutaan Belanda di Jakarta maupun Pemerintahnya di Belanda sana. Riwa riwi sendirian selama itu, karena gak beres2, makanya kantor menghubungi agen untuk diuruskan.
mbak numpang komen ya ..utk setiap propinsi ada konsuler yg ngurus tp hanya sebatas visa turis, utk MVV study , dan urusan MVV utk yang menikah dan lain2 harus menghadap ke Jkt ato via agen dgn biaya yg gede pastinya ..aq awalnya pake konsuler Jogja, tp yg ini hrs urus sdri ke Jkt ( waktu ambil visa )
eh gak semua negara riwet lho. Yang kutau, Belanda dan Jerman. Karena ada temenku akan menikah dengan orang Jerman. Dokumen yang diurus, alamakkkk ribetnya minta ampun dan itupun musti diurus ke Jakarta. Temenku tinggal di Surabaya dan kelahiran Jombang. Dia sering ulang alik Jombang Surabaya Jakarta. Karena nggak enak sering cuti ninggalin kantor, akhirnya diurusin agen.
duuhh mumet euuuyyy! *berubah pikiran deh pindah ke negara orang* :p
idem puyengnya ..
Sama :)Teriak, dleweran air mata dijalan sambil nyetir motor. hihihhi..Terapinya ampuh, membatik seharian. Dari pagi ampe sore.
Saya udah tereak kali klo saya yg ngurus begitu..Bolak balik sana sini, lelah fsik makan ati juga…
nangis 🙂
hadeh..puyeng aku mbaklha mbaca aja puyeng gimana yang ngejalain kek mbak eviduhhhhhhhhhh
jangan gregetan, nanti giginya rompal 🙂
haduuh… ribet banget ya mba.. :((geregetan bacanya…
ho oh…tak turu sek. ngantuk ki ye.
lebih baik disiapkan semua.. konsulat kog ga ada koordinasi dari kedutaan ya..
ya Allah, walah walah walah.. Repot bianget ya?
*sodorin wedang jahe*Pindah Hamirikiti gak seribet yang di Belanda, meski masih ada dramanya. Gak kalah seru mbak sampe melibatkan senator segala. hadehhh…
kalau kita tau bakal ada kejadian kayak gini sih enak Ed. Indonesia kan aturannya memang demikian dan itu sah sah aja. Itulah gunanya memiliki perwakilan negara di Indonesia alias Kedutaan Besar yang salah satu tugasnya memahami aturan di negara Indonesia. Ntar aku bahas juga di jilid selanjutnya. Makin mbulet ceritanya dan permintaanya makin aneh.
mbaca sakit kepala, yang jalanin sakit gigi. xixixixi…
ribet kalau konsisten masih mending. Ini gak konsisten Tin. Sama sama Belanda tapi antara Konsulat, Kedutaan dan pemerintahnya di Belanda sana gak satu kata dalam sebuah aturan.
hehehehe…iyaaaa. untung udah lewat Ning. Alhamdulillah. Tapi ada hikmahnya. Selalu itu.
*ikutan sakit kepala*Mbak ntar bandingin ngurus surat-surat pas mau pindah hamirikiti yah..seribet Belanda-kah?
kenapa nggak kawin eh nikah sekali aja di catatan sipil Via ? rasanya lebih mudah jadinya ? *asbun*
sakit kepala mbacanya, ngabayangin menjalaninya…he.he.he.
ribet emang kelihatannya padahal aturan beda2 dimanamana..
ampun dije…. capek lahir bathin ya mbak..
udah mumet, makan waktu, habis biaya banyak dan gak menjamin dapat visanya. Komplit kan 🙂
iya. Angky juga sama waktu ngurus visa ke Jerman?Seorang temanku juga mengalami nasib yang sama, ribet menyiapkan surat2 buat nikah dengan warga Jerman.
sibuk banget yo?he eh gak popo. Lungo Meduro ki ancen kudu siap waktu akeh, minimal 2-3 hari. Iku wis iso kemput ngubengi pulau, yen nggowo kendaraan dewe. Sepeda motor luwih sip, iso bebas.
halah mb Evi ….mumet tenan urusan surat2an yg diminta pihak konsulat Belandatrus belum menjamin dapet surat ijin tinggalnya ya ? *puyeng*
surat nikah musti dilegalisir di kemenkum dan ham juga tho Evia ?? Aaahh kirain aku aja yang frustasi soal birokrasi pengurusan visa heheheh
Aku tas tekan Suroboyo, tapi gak sempat nyeberang…kapan2 palingo
Mumet yo Mbak…