Iraqi Immigrants in California Town Fear a Hate Crime in a Woman’s Killing
By IAN LOVETT and WILL CARLESS
Published: March 27, 2012
EL CAJON, Calif. — Shaima Alawadi’s family says they found the first note taped to the front door of their house on a quiet suburban street here. It said: “This is my country. Go back to yours, terrorist,” according to her 15-year-old son, Mohammed.
Ms. Alawadi’s husband, Kassim Alhimidi, says he wanted to call the police. But his wife said no, insisting the note was only a child’s prank. Like many others in the neighborhood, the couple were immigrants from Iraq. In 17 years in the United States, they had been called terrorists before, he said.
But last Wednesday, Ms. Alawadi was found in the family’s dining room by her 17-year-daughter, lying unconscious in a puddle of blood with a severe head wound. Nearby lay another threatening note, similar to the one the family found a week earlier.
Ms. Alawadi, 32, died three days later. The police caution against jumping to conclusions, saying they are still trying to determine whether she was targeted because of her religion or ethnicity, calling that just one possibility.
“At this point, we are not calling it a hate crime,” said Lt. Mark Coit of the El Cajon police. “We haven’t made that determination. We are calling it an isolated incident, because we don’t have any evidence of anything similar going on at this point.”
Whatever the police eventually determine, the crime has shattered the sense of security for Iraqi immigrants in El Cajon, exposing cultural tensions and distrust that have often simmered just below the surface since the Sept. 11 attacks in 2001.
Hanif Mohebi, director of the San Diego chapter of the Council on American-Islamic Relations, said that many Muslim women in the area we
re worried that Ms. Alawadi had been targeted because she wore a headscarf in public, as many observant Muslim women do.“The majority of the community that wears scarves are concerned,” Mr. Mohebi said. He cautioned against a rush to judgment before the police had finished investigating. Still, he added, “the community has gone through some hate crimes before, and the assumption the people have is that they’re going through one now.”
Two decades ago, El Cajon, just northeast of San Diego, was largely white and English-speaking. But as wars in their homelands pushed more and more Iraqis and others to emigrate, the Middle Eastern population here has exploded. El Cajon now houses one of the largest Iraqi communities in the country. Middle Eastern groceries and restaurants dot Main Street, while on the sidewalks, many families stroll by speaking in Arabic.
Ms. Alawadi and her husband moved to the United States from Saudi Arabia in 1995 after fleeing Iraq during the first gulf war. They then had five children, and for the most part, Mr. Alhimidi said, their neighbors here made them feel welcome.
Still, even before this month, he was already familiar with the kind of language he says was on the notes left at his house.
“Some neighbors, I say ‘hi’ to them, and they just turn away,” Mr. Alhimidi said in Arabic, with his son Mohammed translating. “More than 95 percent of the time, I feel welcome. But once in a while, people shout at you. They shout ‘terrorist,’ or ‘go back to your country.’ ”
Most people in town lamented Ms. Alawadi’s killing as a tragedy. Janet Ilko, a middle school teacher, said the news had come as a shock to students.
“It was upsetting to everyone,” Ms. Ilko, 47, said. “Our community is very close-knit. Our students get along very well. People have been here a long time.”
But tension between the newcomers from the Middle East and some of the town’s other residents was also readily apparent on Main Street, even this week. One woman, 30, who was at a park with her children and refused to give her name, called the city’s Iraqi residents “territorial,” adding, “maybe because we are at war with them.” She said her own background was Mexican, though she had grown up in Southern California.
That tension extends to non-Muslims as well.
“I’ve lived here for 32 years, and I’ve been told many times to go back to my country,” said Sascha Atta, an immigrant from Afghanistan. “Here in El Cajon, most of the Iraqis are not even Muslim, they are Christian, but people don’t know the difference.”
One of those Iraqi Christians is Lara Yalda, 18, who fled the country with her family in 2004, living in Syria for six years before coming to El Cajon, where she is now in high school. She said that last year one teacher told all of the Iraqi students to go back to their country, complaining that they took welfare and other money from the United States. That teacher does not teach Iraqi students anymore but still works at the school, she said.
Ms. Yalda said Ms. Alawadi’s death frightened her.
“Yeah, I’m scared,” Ms. Yalda said. “I feel sad, because here it is a free country, and there is no reason to kill her. She has a family. So why did they kill her? ”
The killing does not make sense to Ms. Alawadi’s son Mohammed either.
“There’s only three people that know what happened,” he said. “God, my mom and the guy who did it.”
pelakunya sakit jiwa & yg jelas bodoh…
Namanya juga orang kurang wawasan, musti dibukain mata dan hatinya.
Iya, mari kita berjuang untuk membuka mata orang2 picik seperti itu.
Miris ya mbak.
Enggak semuanya seperti itu deh Aki. Ulah oknum oknum tak berwawasan enggak mewakili semua bangsanya. Yang bersimpati juga banyak, seperti yang saya cantumkan lewat video di bawahnya.
Nah itulah, padahal benci itu menguras energi.
Mudah2an kita dijauhkan dari sifat kayak gini. Sedih rasanya setiap saat melihat korban korban kepicikan.
kenapa sih suka banget mempermasalahin SARA gitu.. haaaaaah.. 😦
ternyata masih juga yah…teruskan perjuangannya mbakkk…
ya Allah… 😦
Kebencian “turun menurun”. Saat menghancurkan warga pertama Amerika, kemudian diteruskan dengan menteror ras Afro, sekarang kebencian terhadap warga Muslim.
kbencian itu mengerikan, tp kasih itu memaafkan..
Banyak org yg pikirannya picik tante sekarang iniGa bisa berwawasan luas, pgn tak jitak ajaMoga2 ga ada lg kejadian kyk giniApapun suku, ras, agama kita, kita tetep berhak utk hidup dan tinggal dimana saja
Wah bagus sekali programnya. Hal hal kayak gini yang musti sering diungkapkan untuk menularkan hal hal positif. Di dekat tempat tinggalnya ibuku ada GKJW mbak. Dari depan penampilannya khas, Jawa banget.
Iya. Menyedihkan.
oh duniaaaaa…semoga gak semakin banyak orang2 kayak gini.
Jadi inget di Malang sana ada kelompok yang mengembangkan praktik yang dinamakan LIVE IN, atau tinggal bersama antar keyakinan. Ini adalah hubungan untuk saling mengenal antar pemeluk keyakinan yang berbeda. Biasanya diadakan setahun sekali di bulan Februari. Para santri yang tinggal di komunitas Kristen datang ke gereja, begitu sebaliknya untuk tahu dan mengenalnya. Kalo mau ngecek bisa ke Pondok pesantren Shiratul Fuqoha atau ke Gereja Kristen Jawi Wetan untuk tanya2 soal program ini. Cita-citanya sederhana saja untuk saling berkomunikasi, menghilangkan prasangka dan memupus kebencian.
Inna lillahi wa inna ilaihi rojiunMiris sekali ya :((
oh racismoh xenophobiaoh hatred:-(
Siapin teh jahe.
Apakah punya hati?
itu makanya. Mirisssssss sekali bacanya.Tinggal di dunia apakah kita ini, serba ketakutan.Yang pake hoodie pantas dibunuh, yang dari negara lain pantas dibully. Astagaaaaa….
Pembacanya musti pinter ya cak Iwan untuk menelaah berita berita yang bertebaran tersebut. Selain itu juga jangan membaca dari satu sumber saja, mediapun bisa disetir oleh yang berkepentingan.
ini udah di depan komputer..*baca sik*
Aku gak bisa bedain antara Pakistan dan India. hehehehehhe…Komunitas Muslim disini banyak dari dua negara itu plus juga dari Afrika dan Middle East.
Speechless Mbak. Gusti, betapa kejamnya. Kemana ya hati mereka?
pakai rok mini dibilang asusila–pantas diperkosa, pakai jilbab dibilang teroris–layak dibunuh… Oh otak!!!
Ceklik. Eh judulnya pun juga mirip, padahal aku belum baca postingannya Lessy yang itu.
Welah….kok bisa ya?Apa karena format postingannya yang ada scrollingnya itu kali ya?Berarti kudu dari komputer ya.
Dimana mana ada Tin, gak cuma di Amerika. Di Indonesia juga ada.
Sakit jiwa tuh pak, gak cuma edan.
Banyak Wet, mudah2an populasi orang orang picik kayak gitu semakin berkurang deh.
Ho oh Naz, menyedihkan. Bad news memang lebih menarik dan seksi ketimbang good news.
Iya, aku tadi baca banyak pesan pesan di sana. Bagus bagus ya. Udah 8,590 nih yang nge like.
Ada peringatan seperti anniversary gitu. BUkan himbauan.Tahun lalu di Duluth ada anniversary dan komunitas Muslim datang. Sebelumnya sempet ada yang protes. Tapi yang protes ini bisa diredam. Yang meredam bukan komunitas muslim saja tapi orang2 kristenpun juga ikut membantu.
Itu dia Arni, banyak orang picik di sekeliling kita. Eh salah ketik ya. Makasih yaaa.Sik tak editnya.
Iyo La, ojo nganti keblinger ngunu sampe nemen. Mugo mugo iso.
Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un.Media-media yg mengobarkan dan menanamkan kebencian itu biasanya makin melahirkan banyak orang berpikiran sempit dan picik.
Lha iyo cak, neng endi endi akeh koyok ngono kuwi.
Iya Intan. *gak pake uni lagi*Amiin. Mudah2an makin banyak orang yang melek dan gak gampang kepengaruh isu isu gak jelas.
Tuh kan, ngomong salah, ngguyu salah, meneng salah. Gak ono benere. Wis dikek’i senyum termanis ae.
Pendidikan dari rumahnya bu guruh. Maksudnya diajarin berani, kalau diganggu jangan diem aja. Kalau udah keterlaluan, laporin gurunya. Trus kalau anaknya perempuan, jangan terlalu dikasih batesan2. Eh anak laki juga deng. Kan biasa tuh orang2 suka memberi batasan perempuan gak boleh begini gak boleh begitu. Laki laki gak boleh begini gak boleh begitu. Akibatnya kalau perempuan rada berani dibilang gak feminin, kasar dsb.
kalau pengalaman saya di Inggris dulu, orang Pakistan itu njelehi banget. meski seagama, saya lebih suka bergaul sama orang India. Pakistan itu tertutup, rada xenophobia, anti kebijakan pemerintah inggris, ya orang inggris asli juga banyak yg seperti itu, tapi banyak juga cerita mereka sengaja menggelapkan data supaya dapat benefit.
yup..tmpak cerdas dan ramahnya yg bikin cantik …..doktoran di Max Planck Institute pula..
m.lessy pelukpeluk.. ku lagi cari link yang ku share juga kog blom nemu.. iya marwa.. cantik ya..
Marwa ya mbak maksudnya?http://en.wikipedia.org/wiki/Murder_of_Marwa_El-Sherbini
😦 sedih bacanya…Akhir-akhir ini rasa benci itu kok kayaknya lebih gampang nyebar dari rasa welas asih ya?aku juga denger berita ini dari mbak Irma di postingaku yg ini: http://wayanlessy.multiply.com/journal/item/722/Sekali_Lagi_Karena_Kebencian_Itu…
Ak buka postingan ini di hp kok numpuk2 yah tulisannya hikss…
xenophobia di amerika juga ada.. masih malah.. :(ku pernah baca juga di jerman kasusnya sama nih, seorang wanita yang pake jilbab ditembak.. dan koran sana ga pernah “membesarbesarkan” gitu..ku cari linknya dulu..
Orang edan ada aja di mana-mana!
Sedih sekaligus miris, kenapa ada org picik kayak gt.
@mbak Sum : ooo gitu. Soalnya dulu pernah punya kenalan via blog ABG imigran dari Afghanistan. Kalo pas 9/11 dia sama gurunya disuruh di rumah aja gak usah sekolah dulu. Soalnya, pas awal-awal kejadian itu dia kalo ke sekolah dia dibully habis2-an. Mulai dilemparin kertas sampe dijejelin sandwich daging babiTapi aku lupa di negara bagian mana dia. Gak tau apakah itu karangan dia sendiri ato beneran…
Ya itu esensi
Nyamber jawab. Kalau di Dearborn, Michigan, yang komunitas Arab dan Islamnya banyak, mereka mengadakan upacara peringatan di stadium dan muslimnya datang. Di tempatku gak ada peringatan kayak gini (yang besar2an).
Media adakalanya juga menjadi mediator utama kebencian yah, Mbak? :(Bad news is good news…
Yang mengelola halaman Facebook ini memang pintar nulis juga mbak, pesan-pesannya kena banget.
Merinding bca artikelnya, merinding baca coppast yang di bawah.Mbak, mau nanya. Kalo pas peringatan 9/11 umat Muslim di sana pas itu gimana? Biasa aja ato malah ada himbauan untuk tinggal di rumah biar gak kenapa2?
Eh, yang ulangtahun ada dimariTraktirrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr
Aduh… Sedih dengar berita seperti iniKenapa sih masih ada saja orang-orang yang tak bisa menerima perbedaanTak bisa belajar melihat keindahan dari perbedaanTak bisa menciptakan harmoni dari perbedaanTurut berduka cita, atas meninggalnya ShaimaSekaligus hilangnya hati nurani si pelaku—————–Btw, mb evi, itu ada yg salah ketik”luka berat di kelapa.”Maksudnya kepala kali ya?
karena ada cinta jadi ada benci sudah hukum alammulai dari diri kita aja belajar ga benci2an*bisa ga ya?*
Iyo Mbak dan disinipun sama..banyak sebenarnya
Ho oh. Kan dirimu kontakku, jadi yang nongol duluan adalah kontak kita. HSku nongol gak? Lho…iki kok mbahas thongol2an.Anyway,aku baca komen2nya, terharu Sum. Ini aku copas salah satunya. Sum mungkin sudah baca.==========This is Jean. She is an office manager at a local Christian church. Jean took this picture to support the friends and family of Shaima Alawadi and made it her profile picture. She plans to wear it to her church during services and urges others to do the same.Jean is not alone. Many women are submitting their stories on this page and people from around the world are joining the movement.Regardless of the circumstances surrounding the case of Shaima Alawadi (police report pending) no one can deny that it is very hard to be Muslim in America and in many other countries. And Muslim women are not the only target.Xenophobia, racism, bigotry and misogyny put the focus on the victim instead of the perpetrator:”He got killed BECAUSE he was wearing a hoodie.””She got raped BECAUSE she was wearing a mini-skirt.””She got beaten BECAUSE she was wearing a headscarf.””He got bullied BECAUSE he was from another country.”This is not the world we want to live in and we are doing something about it.Jean is wearing a hijab to her Church. Do you have any doubt that people will ask her why and Jean will get to talk to them about it? What can YOU do to impact your community?Whatever it is, tell us here and we will support you.Thank you.=========
Turut berduka atas meninggalnya shaima, semoga saja semakin banyak org yg terbuka pikirannya…. Spy hidup di dunia ini jd lebih aman, nyaman dan tentram
Yo ngunu kui lah sing tak lakoni senyam senyum hehehe.. Tapi malah disoloti, wong kok gak duwe pendirian hahaha kacau balau wes dadine hehehe
Mbak evi. Kalo berkenan, mbok nulis ttg bgmn penanganan anak ketika dibully, khususny menik. Sepertiny menarik neh*maunyaaa guru yg satu ini hehehe
Loh, kok ada HSku? Oh, apa yang like terus nongol di situ ya?
Aku udah klik, langsung ada HSmu di sana, nyodok mata. hahahahahaha…..upssss…
Iya, Menik juga dikasih tau temennya yang non muslim mengenai gerakan itu. Banyak yang bersimpati.
Hadapi dengan senyum aja deh kalau masih ngeyel gitu Mus. Percuma juga berdebat karena akan berlarut larut.
Semoga kita dijauhkan dari sifat2 seperti itu ya Helene. Dan semakin banyak orang2 yang waras.
Ajari anak untuk berani. Kalau ngadepin bully, laporin ke gurunya.Anakku pernah dibully waktu sekolah di Shanghai. Yang ngebully siswa Korea. Waktu itu Aceh baru diterjang tsunami. Beritanya kemana mana. Waktu berita nyampe ke sekolah, temennya anakku yang Korea itu jingkrak jingkrak. Sukurin Indonesia kena bencana, kira kira gitu katanya. Untung gurunya tahu. Langsung dihardik, disuruh keluar kelas. Memang anakku gak begitu dekat dengan teman2 sekolahnya yang dari Korea. banyak banget tuh. Anakku malah lebih deket sama temen2nya yang dari Australia. Yang dari Korea lebih suka ngumpul sesama Korea, gak mau nyampur dari negara2 lain. Begitu juga emak2nya. Heran deh, sekolah Amerika tapi lebih banyak murid Korea. Tahun berikutnya aku pindahin ke sekolah lain. Alhamdulillah lebih bagus dan gak ada bully2an. Anakku gaul sama siapa aja.
Eh, sebulan kalo gak salah aku pernah baca di link Facebook gerakan ini. Tapi coba cek lagi. Siapa tahu aku salah. Ada Facebooknya mbak dan update tentang wanita2 Amerika yang satu per satu mengenakan hijab (sementara) sebagai pernyataan simpati pada Shaima Alawadi. Terharu kalau lihat foto dan pernyataan simpati mereka. Aku kemarin sudah nulis tapi hilang gara2 inet kacrut, makanya dapet sumber2 ini. https://www.facebook.com/pages/One-Million-Hijabs-for-Shaima-Alawadi/137306256397032
Jadi orang Islam sekarang itu banyak godaannya, tidak mengucapkan selamat di hari umat yang berbeda keyakinan. katanya rasislah atau apalah. Giliran muslimat memakai jilbab, hijab, dsb dibilangnya teroris entah sesama muslim atau tidak. Beristri lebih dari 2 dibilangnya penjahat kelaminlah, siraja nafsulah dst. Namun ketika menjalankan penutupan tempat porstitusi yang telah dizini pihak berwajib malah dibilang melanggar HAM dll.Seakan akan Islam itu sudah dianggap sebagai organisasi ataupun negara yang harus dibumi hanguskan disebagian mata dunia. Padahal islam adalah keyakinan atau agama yang menghubungkan manusia kepada tuhannya (Allah), tuk mencari kedamaian didunia dan akhirat.
Iya, Shaima dan keluarganya sudah menjadi warga negara US. Ya gitu deh kalau orang picik. Dan orang orang kayak gini banyak. Gampang disetir.
Amiin Ya Rabb.Linknya belum ada, kan masih baru. Umurnya masih sebulan.
Alhamdulillah kami sekeluarga juga gak pernah mengalami hal hal kayak gini.
Ooo…sebulan yo Sum. Yang di California University gak disebut berapa lama.
Prihatin dengan apa yang menimpa Shaima, sekaligus prihatin dengan semakin tingginya orang-orang rasis di berbagai belahan dunia.
Semoga kita dijauhkan dari sifat sifat seperti ini yo cak.
Entahlah Feb, mereka mereka ini sebetulnya kuper dan parno karepe dewe.
mbak, selain ikut serta dalam organisasi Interfaith Women, trus gimana lagi caranya ngadepin yg rasis gini mbak ? terutama anak2 yg masih usia sekolah pasti ketemu temen rasis yg suka nge-bully gitu*sedih*
Mbak, note yang kedua berbunyi: Go back to your country! You are a terrorist!Padahal Shaima sudah menjadi warga dan tinggal di AS selama 22 tahun. Suaminya malah bekerja sebagai konsultan Angkatan Bersenjata AS. DIa melatih tentara2 AS yang ditugaskan ke Timur Tengah. Jadi, dimana terorisnya? Wong malah membantu pemerintah AS kok. Inidikasinya memang “hate crime,” kejahatan semata karena kebencian.
Huhuhuhu sedih. Smg arwah almarhumah diterima di sisi-Nya.Menarik bgt cerita ttg interfaith women ini. Ada linknya kah?Dimana2 slalu ada isu sara seperti ini. Smg kita semua dijauhkan dari segala bentuk perlakuan yg tidak adil. Amin
Sedihnya aku baca tulisan mba Evi dan artikel itu. Syukurnya tiap pindah2 kota/negara ngga pernah ngalamin masalah dgn tetangga/ lingkungan sekitar.Mestinya ancaman sekecil apapun dilaporkan ke polisi ya, duh….jadinya tewas
Iyo mbak, sedih banget deh pas baca beritanya aku nangis. Tahunya udah dr hari Minggu kemarin. Para simpatisan Shaima Alawadi dan Tryvon Martin bersatu dalam gerakan “Hijab dan Hoodie.” Jadi, memakai hijab, meskipun bukan muslimah dilakukan selama sebulan ini sebagai tanda simpati, sedangkan mengenakan hoodie dipakai sebagai tanda simpati terhadap Tryvon yang tewas karena prasangka rasis.
Banyak org2 picik bertebaran dimana2
Knapa kudu ada kebencian dan sara dimana2?