Beberapa waktu lalu saya memotret sejumlah rumah di sekitar tempat tinggal saya yang hasilnya bisa di lihat di album Kota berkabut. Hasil ngobrol ngobrol dengan mbok Sum di lapak tersebut membuat saya ingin merekam rumah rumah tua yang banyak bertebaran di Duluth.
Setelah selesai dengan segala kerempongan dan mood memotret mulai datang, tadi sore saya berdua dengan Menik menyusur jalanan. Ada beberapa tempat yang sudah saya incer dari dulu. Dan sekaranglah saatnya untuk membidiknya.
O iya, semua rumah yang saya potret di sini bukan rumah saya. Ada yang serius saya bidik, maksudnya dipotret dengan posisi njengking di tengah jalan. Untungnya bukan jalan utama jadi gak ramai. Kalau ada mobil, mobilnya jalan pelan pelan dan menunggu saya dan Menik menyadari kalau ada mobil. Begitu kami menyadari kalau ada mobil di belakang kami, mereka dadah dadah sambil meringis.
Ada yang gak serius saya bidik, dipotret dari dalam mobil pas lagi jalan. Mau brenti udah males karena gerimis datang. Cerita selanjutnya ada di masing masing foto.
Iya lagi panas, tapi lupa berapa derajat. Panasnya kering gak lembab, Beda dengan di Indonesia yang panas dan lembab sehingga lengket lengket di badan.
Di sini memang selalu dingin, tapi pernah juga panas dan itu jarang sekali. Mungkin 2 – 3hari dalam setahun dan biasanya di musim panas.
waktu difoto ini cuaca lagi panas gak mba? kayaknya disana selalu dingin ya? kayak di puncak, matahari terang tapi udara dingin… begitu gak mba? 🙂
iya mba, buku dongeng 🙂
Kalau lagi panas, segerrrrrrr.
Iya vlla2 peninggalan jaman Belanda yang banyak di Indonesia.
tua banget rumahnya.
buku dongeng ya maksudnya.
Buku2 dongeng impor jaman dulu.
pengen beli es krim..
kayak villa..
iya, ini rumahnya lucu bangeett.. rumah tradisional..
rumah kolonial?
kayak rumah yg ada di buku anak2… kokoh.. 🙂
betul… kayak puncak ya 🙂
Wah kalau rumah rumah gini segen rasanya kalau mau jualan. Mending dikasihkan gratis aja ke pemilik rumah. Trus selama nomer rumahnya gak terlihat jelas dan nama jalannya juga gak nampak, kayaknya gak perlu minta ijin, kan ini motretnya dari jalan.
Dibelani nganti ndodok lehe motret ki.
Lagi ada pembangunan, makanya ditutup plastik pinggirannya.
bu guruh pengen foto nemplok di sana juga yaaaa?
Dulunya iya. Tapi sekarang udah enggak. Dipake nyimpen persediaan es krim. Aku tahunya kalau dipake nyimpen persediaan es krim, karena pegawainya pernah ngerong lewat jalan besar sambil bawa tentengan es krim dalam wadah gedeeeee.
dueket sekaliiii. Lha wong Duluth itu di pinggir danau je.. Gak sampe jam jaman.
Kalau dari rumahku, ngonthel sepeda cuma 15 menit dah nyampe danau.
Apalagi pas udara lagi panas panasnya, wuihh enak tenan.
sepertinya begitu.
Batu solid.
o iya ya.
Mungkin itu lapisan sidingnya.
ben iso numpuk kontener sing akih.
mungkin vila2nya peninggalan jaman Belanda ya.
ganti bata ae omahe.
hahahaha … iyo bener banget.
lha neng kene yo podo ae nek pas wayah summer. mepe memehan neng njobo ben ngirit listrik.
Di Amrik aja. Tapi jangan lupa minta izin tertulis dari yang punya rumah!
huaaawwwww…
kereeeeeeeeeen poooolllll
itu di depannya kenapa ada kresek sih? nutupin apa toh?
nek ada alay disitu, udah poto nemplok di batu batanya itu hahahahaha
kalo ini pom bensin, berarti di bawahnya masih ada tangki bahan bakarnya duooong?
rumah mbak ev ini emang deket banget sama danau superior yah?
berapa jam dari rumah?
huiwiiiiidiiiiihh….
sedepnyaaaaaaaaa…
naaahh ini baru rumah batu beneran, dindingnya semua dari batu ya?
ga semua dinding dari batu keknya…. yg lantai dua dari kayu kelihatannya
*menyipitkan mata*
aku pengen punya rumah yg punya loteng di atas begituuuuuuuuuuu…
huhuhuhu
ini mirip sama vila2 di Villa Istana Bunga di Parongpong, Bandung…
tiap mau hiking ke curug, liwat vila2 yg bangunannya keren beginiii
iki awet, ora usah repot nglabur lan ngecat
*yg rumahnya sering dicat tiap mau lebaran*
nek wis ndelok awan ngene iki langsung kelingan kumbahan…
hahahahha
Suwun mbakkkk.
Gak tau mau dijual kemana. Mosok dijual di MP.
makasih.
suwun.
dioprek.
Bagus foto-fotonya….
Bikin postcard.
Pasti laku!
kerennnn
koyok lukisan, apik mbak………..
sukaaaa banget fotonya.. kereeeeen
Yang nomer 7 dioprek habis2an Ded. Dibikin HDR (High Dynamic Range). Rumah yang sama kok ini. Yang di gambar ini tampak depan. Yang nomer 7 tampak samping agak ke depan.
nggih sami sami.
aku juga baru baru ini nyobanya La. Penasaran pengen tahu.
sabar dengan pasrah sama ya?
hahahahhaha
kok warnanya agak beda dgn yg nomor 7 ya,mba?atau emang beda rumah?
oh HDR tho… wis kapan2 tak coba
nuwun mbak
Mosok? Ha…ha…ha… gak percayaaaa….
o iya ya…
ada yang ijo, coklat.
gak melok nduwe, dadi ra weruh. Motretnya dari jauh.
kalo dizoom, foto mba Evia yg ini, batanya kelihatan berwarna warni lho……
Penduduk Amerika yang asli ya suku Indian. Selain itu pendatang. Orang orang kulit putih dari Eropa. Masing masing state ada mayoritas berasal dari satu atau beberapa negara.
Seperti di Minnesota, mayoritasnya berasal dari Skandinavia karena iklimnya mirip. Jadi ya gak heran kalau bangunan2nya mirip dengan di Eropa.
Aku ya belum pernah lihat batu bata yang warna warni. Tahunya warna merah doang.
bisa dlosoran.
batunya ganti gula, jadi kue meringue.
positifnya, bikin orang Indonesia jadi lebih sabar. hehehehehe …
penduduk asli Duluth nenek moyangnya apa imigran Eropa ya mba?
rumah2nya beberapa bergaya sana… atau pas kebeneran aja mereka suka
ada bata ekspose, tp gradasi warnanya ngga ada seperti ini mba
atau aku belum nemu aja ya?
disini bata-nya ada yg gading, orens, merah bata, kehijauan, cakep bener
kontenernya kintir ke tlogo.
Lha ya itu, mirip rumah di negeri dongeng kan yang biasanya berasal dari Eropa.
Di Indonesia ada kan.
Daerah pegunungan ya. Sama seperti Duluth, tempatnya berbukit bukit.
indahnyaaaaaaaaaaa…sejuk ngliatnya
Pernah kejadian waktu temenku main ke Duluth. Kami berdua sama sama hobi motret. Suatu kali ngeliat ada rumah yang cakep sekali. Warnanya unik, biru tua. Sebelum motret, kami berdua ketok2 pintu. Sampe lamaaaa banget gak ada yang keluar. Kayaknya penghuninya lagi gak di rumah. Ya sudah, kami meneruskan motret tanpa ijin.
Yang kita potret adalah bagian luar bangunan, dimana ada pedestrian dan jalan umum dan itu adalah public property. Aku rasa gak perlu minta ijin.
Barusan nonton videonya. Serem ya Sum. Yang ngedobrak pemabuk pula.
Di tautan yang ada di berita itu juga dicantumkan kejadian serupa di Texas. Dispatchernya enggak membolehkan untuk menembak, tapi si penelepon gak mengindahkan. Lha piye yo wong terancam je.
Beda state beda aturan.
trus berkhayal, dindingnya dibuat dari campuran batu dan putih telur….
dan enaknya jalan/tata kota dibuat kotak2 gitu ya mba,
gampang cari alamat, cuma bilang : ketemunya South Grand sama 5th street, sampe deh
kalo di Indonesia, udah nomer2 rumah ga teratur, jalannya juga mubeng2 kaya labirin.
*ngglethakake kontener sik*
waaah, lapisan kayu-nya seperti rumah Bavaria
unik ya, mengingatkan pada dongeng Hansel dan Gretel mba
bata ekspose-nya kereeen, kepingin punya yg seperti itu bata-nya
mengingatkanku pada Wonosobo-Parakan-Temanggung
mba Evia, aku mau tanya apakah memotret rumah rumah tersebut harus seijin sang empunya rumah?
Pernah aku kagum 1/2 mati waktu lewatin Wilshire blvd 12 thn lalu, pengen foto rumah2 yang unik dan anggun dan tentunya ga ada di Jakarta
tetapi kawan2 mahasiswa ingetin, jangan ambil foto kalau tidak izin 🙂
Oh sampai sana ya? Memang di sini juga sempat heboh. Kebanyakan mendukung si ibu muda ini. Ya iya, wong ibu muda dan bayi. Ini pernyataan polisi: "You’re allowed to shoot an unauthorized person that is in your home. The law provides you the remedy, and sanctions the use of deadly force," Det. Dan Huff of the Blanchard police said.
Ya tergantung pemiliknya. Kalau ada yang lewat halamannya, terus dia gak suka dan ngusir tapi si pelanggar ini nekad, si pemilik rumah berhak nembak. Kenyataannya, kebanyakan kemungkinan besar akan memilih gak nembak kecuali merasa terancam, atau telepon 911 aja.
Bukan di nDale, mbak…di Oklahoma. Jauh dr kantor polisi berarti desa kecil dan terpencil. Ini beritanya:
http://abcnews.go.com/US/okla-woman-shoots-kills-intruder911-operators-shoot/story?id=15285605#.T7Lq2VJSWT8
Berita ini sampai ke Prencong, lho, Ir. Aku jadi tahu, kalo di Amerika pemilik rumah boleh nembak utk keselamatan/perlindungan diri.
ooo berarti kalau kasus gawat.
Itu kasus dimana? di nDale?
Halaman belakang rumahku sering jadi tempat main anak2 tetangga. Namanya juga anak anak. Biarin aja. Tetangga depan rumah yang isinya mahasiswa thok halamannya sering dipake jalan pintas sama mahasiswa2 lain buat ke kampus. Lokasinya emang enak, dari halaman belakang bisa ndlujur ke depan, dan langsung ke jalan raya trus nyebrang ke kampus. Gak pake muter.
Dipageri sih tapi ya pagar dari jalinan kawat yang gak berpintu.
Trus kapan hari, di pagarnya ada tempelan tulisan "this is private property. No trespassing please"
Iya mbak. Namanya trespassing kan kuwi. Kalau kita masuk ke halamannya aja dan pemiliknya gak berkenan, mereka berhak nembak. Biasanya kasih peringatan dulu deh.
Kasus terbaru, ada ibu muda, suaminya baru meninggal karena sakit. Dia punya anak bayi. Malam-malam rumahnya digedor orang, padahal di situ dia cuma berdua sama anaknya. Ternyata 2 pemuda mabok. Dia telepon 911, lah kantor polisnya jauh bow, jadi lama deh nyampenya. Sementara dia siap2 dengan pistol dan tanya boleh gak nembak. Kata dispatchernya: Mam, just do what you think is best to protect you and your baby. Jadi pengiyaan secara gak langsung tuh. Dua pemuda mendobrak masuk, si ibu muda menembak. Mati deh yang satu, yang satunya lagi kabur. Si Ibu gak dihukum, wong dua orang itu jelas trespassing.
Heh?
apa iya Sum?
Boleh gitu nembak orang?
Seperti yang sudah aku tulis buat replynya mas Tian, tekniknya namanya HDR (High Dynamic Range).
Jadi kita motret obyek yang sama persis sebanyak tiga kali dengan white balance yang berbeda, lantas digabung jadi satu.
Banyak variasinya selain perbedaan white balance. Dan 3 shot itu minimal. Ada yang dibidik dengan exposure yang berbeda, dimulai dari paling terang, sedang2 dan gelap, kalau percobaanku ini dengan white balance yang berbeda. Pengen coba yang exposure berbeda tapi lagi gak bawa tripod. Harus shot yang sama persis. Kudu pake tripod. Miring dikiiiiit aja foto akan nampak berbeda dan kalau digabungkan saling numpuk.
Penggunaan HDR ini kan maksudnya untuk menutupi kekurangan di beberapa segmen. Difoto terlalu terang, obyeknya keliatan terang tapi langitnya jadi puyeh. Difoto agak gelap, langitnya jadi bagus tapi obyeknya gelap. Difoto tengah2, obyek dan langit jadi flat. Untuk itu tiga tiganya digabung, langit dapet obyek juga dapet.
Tiga fotonya seperti ini La:
Kebanyakan gitu, di tempatku juga gak pake pager. Aman aja, soalnya di sini pemilik rumah juga boleh nembak orang yang masuk ke wilayah miliknya…he…he…he.
Harry Potter kaleee…. ha…ha…ha. Masuk akal sih, apalagi pas baca penjelasannya mbak Evi.
Etapi, beneran Mbak Via, mengkhayal di negri 4 musim, sering membooster mood saya.*ngeyel* Kan rumput tetangga lebih hijauuuu. Hihihi. Sebenernya, suasananya yang gak bisa dituker sama negara tropis. Padahal kalo dah ngalamin winter, si Sarah ngeluuuh. Ya gak?
Di Indonesia banyak yang kayak gitu Sar. Coba aja ke desa desa di pegunungan.
Namanya HDR mas.
High Dinamic Range. Tiga foto dengan white balance yang berbeda digabung jadi satu.
Ruman jaman dulu mbak Arie. Kadang masuk cagar budaya, gak boleh diutak atik sama sekali meskipun milik perorangan. Kadang ditinggali gak hanya satu keluarga, tapi beberapa keluarga.
Yang punya bahagia atau enggak, mbuh yo belum pernah nanya. Aku tanyain po? hihihihih ….lalar gawe.
Temennya Menik ada yang bertempat tinggal di kawasan termasuk elit, persis di pinggir danau. Rumahnya mau dijual soalnya pajaknya tinggi. Mau pindah ke tempat yang lebih murah. Ampe sekarang rumahnya belum laku2. Banyak sekali rumah di Duluth yang dijual. Banyak juga yang sampe lamaaaa banget gak laku laku.
rumah tua juga, dibangun tahun 1919 kalau gak salah. Tua tapi gak gede gede amat. Pintunya yang banyak. 30an lebih kali. Dulu pernah ngitung tapi lupa lagi. Kalau para ponakan datang, pada seneng mainan petak umpet.
piye mbak carane motret isa koyok ngene iki?
iki teknis motret opo campur editing mbak?
jian keereeeen tenan
Indah sekali. Saya suka mengkhayal. Tinggal di negeri cantik, bebas polusi. Sambil pake sweter dan sepatu boot. Duduk merenung di taman, sambil ngasih makan burung.
ilmu fotografi saya belum nyampe sini. keren ! 🙂
itu kog rumah2 bisa segede gaban dan bagus2 gitu… yang punya bahagia ndak yah…
jadi pertanyaannya, rumahnya m.evia yang kaya apa sih?
zzzzzzzzzzzzzzzzz
*ngorok*
jempolnya sapa aja itu? habis itu dikembalikan ya jempolnya ke pemilik masing masing.
yoi.
mbakkkk..sare….sare….ini ngalong kok sampe pagiii
Mbok kus, apik2 potone…. *4 jempol dah*
awannya jadi bikin keseluruhan poto nampak dramatis..:D
tabokin.
bukan ulat bulu deng. tapi lebah. kalau lagi spring, banyak tuh.
ya gituuuuuuuuu
yang nyerobot udah jelas2 salah tapi ngotot
Dijewer aja.
sambil jilatin es krim liat pemandangan di belakangnya. Pas telaga Superior.
*mendadak merinding*
serius mbak, ada ulat bulunya?
wuiii masuk kedalam rumah gak tuh?
ada ulat bulu.
seperti kastil2 di buku dongeng anak anak.
kayak jaman batu.
langitnya pas bagus, dioprek sisan.
4 digit, 2318.
Rumahku patokannya susah karena persimpangan dengan nama jalan bukan angka. Yang satu East 8th Street, yang satunya College Street. Tapi kalau ngeliat peta, gak jauh dari rumahku bersilangan ama N 23th Ave. Keputus ama hutan kecil.
Di sini pejalan kaki gak dapat haknya
bahkan trotoar pun jadi tempat motor lewat
Seperti rumah pedesaan ya.
Rumah lego.
waaa mau beli es krim di situ
Kan Duluth kota kecil Arni, penduduknya gak sampe 90ribu.
Gak bisa dibandingin ama Jakarta yang kota gede.
Bandingannya ya sama New York atau Chicago atau Los Angeles dan kota2 besar lainnya. Sama aja macetnya.
pengen baca buku, baring diatas rerumputan itu
bersih banget ya
ada menara mininya
aku suka liat rumah ini
suka liat tumpukan batuannya
wah ini keliatan jadulnya
huahahahahahaha …..
kena deeeeee….
ini kayak lukisan deh
sip sip dapat pengetahuan baru nih
jadi rumah mb Evi nomor kecil apa udah 3 digit ke atas?
wah ini cakep rumahnya
ini rumah beneran?
kayak rumah mainan
jalanannya lebar banget
dan mobil yang lewat hanya sedikit
kapan ya Jakarta kayak gitu juga 😀
jaman abal2 mbak hahahahahaha
Di sini, pejalan kaki dan pesepeda adalah raja jalanan.
carter pesawat disik, opo carter kapal yo. heheheh…
aku malah ra ngerti effect instagram ki dadine piye.
Ini dioprek dulu gambarnya. Foto tiga dijadiin satu.
iyoooo…
kalau dilihat lucu dan menggemaskan. Tapi serem kalau suruh nempati.
sejaman ki masuk jaman purba opo jaman batu?
klo di sini udah di klakson tat tet tat tot tuh
sambil diiringin teriakan makian dari pengemudi :-)))
kapan nih kopdar MPId disini… :))
btw pemandangan gini, ga dieffect instagram ae wis uaaapik…
kayak lukisan lho ini…cakeeeppp…
lutu lutuuuuu rumahnyaaa
hemm dah panen belum yah jagung pas bulan Juli..kalo udah ya ntar metik jagung di kebon…
lha kalo dari rumahku ke gardu pandang itu nurun ora munggah..nek seko ngomah yo kiro2 sejam-an..
wah asike rek, ada jagung bakar.
klau sepi, yo munggah dewe ae mbak karo nggowo cemilan. banyak yang jual makanan kalau bukan malam minggu?
Aku kok malah pengen jagung bakar yoo.
sepiii…biasanya yang naik anak2 kuliahan…sambil nikmati jagung bakar gitu deh mbak..
Hebat gimane? Hebat jadi penunggu rumah tua. hahahhaha….
kalau panas, mustinya jendela2nya dibuka. Lha ini enggak. Sejuk sepertinya.
selain malam minggu sepi ya?
keceriaan plus kesegaran.
dunia dalam berita
suka rumah tua juga ya.
Seperti rumah rumah di desa Ed.
Sik durung dioprek.
mba Evi emang hebat. ajarin aq dong…
nggih begini.
banyak rumah tua kan di Tretes?
Suwun yooo. Mumpung lagi mood nih.
tampak kokoh. kalau gt, di dalamnya panas ga ya?
lha iyoo biasanya nek malem minggu rame 🙂
Kalau udaranya lagi panas, yang beli antri.
kayak rumah mainan ya. tp sesuai dengan yg dijualnya. menjual keceriaan….
Udara lagi panas, makanya kedai es krimnya laris.
bangku gak tua tua amat. Itu bangku piknik biasa kok.
Iya. Kayaknya belum seberapa tua.
bisa buat dlosoran.
Mreneo
BUkan yang ini. Beda lagi Tin.
Lha wong bekasnya pom bensin.
Mungkin ya.
pake ketawa gak?
lagi bawa selimut.
*mencari foto hantu yang terselip di tengah2 jendela ato pintu*
Opo yo? *garuk garuk ketek*
maap Tin, gak sempet perhatiin jee. Motretnya sambil jalan.
Tapi sepertinya bukan sekolah.
Kalau Hallowen pernak perniknya yang banyak.
Iya Tin. Klau halamannya semrawut, bisa ditegur pemkot kalau ada tetangganya yang gak suka.
Gak perhatiin jeee.
sajake alih propesi dadi agen properti nggo penghuni dunia lain kih :p
cute, suka model rumah begini
Nah ini daku suka nih menyatu dengan sekelilingnya nampak ademmm
Bukannya malah kayak penginapan di desa desa?
Hihihihi … bisa diemplok dong Tin.
Aku gak tahu atapnya dari apa.
Rumah purba ya, kayak rumah flinstone.
Ya begitu kira2nya.
Mini namun tak imut.
Ih ogah punya rumah kayak gini. Ongkos perawatannya gak ku ku.
Buat dilihat lihat aja, bukan buat dimiliki.
Banyak rumah di Duluth yang masuk cagar budaya artinya gak boleh diutak atik meskipun dimiliki oleh perorangan.
Iya Tin. Si Menik tuh demennya mengganggu. Kalau aku udah siap2 membidik, tahu2 nongol aja mukanya di depan kamera sambil cengengesan.
hihiihihi….
masuk akal. apalagi posisinya di atas gitu ya, seolah olah mendongak.
Mendungnya udah mau turun jadi hujan.
Kebanyakan nomer rumahnya ratusan atau ribuan. Misalnya, 930 atau 2318 atau 1933. Nomer gede kan.
Jaranggggg banget nomer rumah yang digitnya kecil seperti 17 atau 5 atau segitu deh.
Tadinya aku pikir, jalannya panjang panjang soalnya nomer rumahnya ampe ribuan. Ternyata bukan begitu, tapi karena nomer rumah adalah penanda nama jalan juga.
Mantebs kie wernane..
iyo Mus.
kebanyakan nonton sinetron ya Dan.
Wes tau ndelok praene teko ngarep lan samping dadine iso langsung ditebak.
Wah sedappp nek nonton bengi2. Iso kelap kelip lampune Jogja soko kadohan.
oooo…begono…
koyok rumah-rumah di Tretes
Mbuh ada berapa. Kopdar MPers di Duluth asik yo. Piknik di telaga Superior.
keren keren ih potonyaaa
Iyo.
Sing wis dioprek, tiga foto dengan beda white balance digabung dadi siji. Istilahnya HDR.
kereennn
Rata2 rumah di Amerika gak pake pager. Kecuali di kota2 besar seperti New York dan Los Angeles. Udah bukan kota besar lagi, tapi megapolitan.
Coba tanya Sum apakah rumah2 di nDale tak berpagar.
kesannya hangat nih…
love it…
Gak ngerti yo termasuk rumah tua atau enggak.
Iya, tanahnya termasuk sempit. Kalau gak salah, penghuninya lebih dari satu keluarga. Kayak apartemen gitu.
rame juga ya…bangunanya emang cute..
asyik tuh makan es krim di bangku kayu tua
bangunannya plain ya, gak terlalu banyak detil
Rumah lego kalau katanya Sum.
Hihihiihi …hayalan tingkat tinggi.
Tapi memang bener cak Iwan, rata2 rumah tua di Duluth, garasinya di belakang rumah, masuk dari halaman belakang. Jadi jalannya itu ada di belakang rumah.
Karena jaman dulu gak ada garasi. Dan membangun garasi itu baru baru ini aja setelah mobil mulai usum, sekitar awal 1900an. Dulu adanya kereta kuda.
cakepp…
Enak Sum. Es krim rumahan, bukan es krim pabrik.
Sut dulu. Pake hompimpah atau rock paper scissors?
*ngakak*
sekalian mbikin pesta kebun trus nginep di sini…
— mendadak pengen —
molaiiiiiii berkhayal.
Berkhayallah sebelum ngayal dikon mbayar.
Wehhh tebakane jitu.
karpet anyaman rambut jaran.
kayanya dijadikan sketsanya rana nih..
Raja ndangdut opo ratu ketoprak?
rumah biru..
Hahahahah….
seratusss buat cak Iwan.
ramping ya kedainya.. batu semua..
batu bersejarah itu.. cetak batunya jaman itu ga ada angka tahun ya?
Anakku kang, si Menik.
LUCUUUUUUUUU…
bangunannya cuteeeee
Bukan Njeledor kan *ngikik*
ada anak kecil lucu pake sepatu pink..
gaya Tudor ki piye, Mbak Sum?
itu sekolah apa gedung pemerintah?
Cukup buat roda mobil kan. Bukan lebar mobil. Tapi garasinya sak hohah, lha wong rumahnya aja gede gini.
nek buat pesta Halloween kayaknya cocok 😀
— nah kan..pilem maneh —
rapi ya sampe rumputnya pun rata.. rajin dipangkas..
lha yang diapit pohon itu drivewaynya. entrancenya yang pake tangga, gak ada jalan setapak.
ini batu sampe atas..
tapi kesannya malah kayak pub/tempat minum ya?
— kakean nonton pilem — 😀
ini atapnya kue lapis legit beneran..
batu semua sampe atap? kaya rumahnya flinstone..
Misalnya, alamat 1933 East 9th Street, berarti dekat dengan persimpangan 9th street di bagian timur dan 19th Ave.
artinya rumah nomor 33 gitu..
Gingerbread house?
cieee yang udah pengalamannnnnnnn
Mbuh Sum, aku belum sempet nanya sama pemiliknya.
Lucu ya berlapis lapis gitu.
white house mini..
tak pikir diincer buat dibeli XD
nek kayak gini bakalan jadi "museum" gak sih, Mbak?
yang kanan pake baju hitam itu menik ya?
Coba perhatikan di nDale kayak gitu juga gak?
rumah ini apiiiikk..
kesannya old fashioned tapi elegan ngunu… *kemeruh* XD
mendungnya kaya bergradasi gitu ya..
*kasih arit*aMantep lo mbak, sekali jebret, rontok semua.
eh…kok rak mudheng ya….
gimana maksudnya, Mbak?
AH iyaaaa, jadi inget seperti white house. Tadi mikir2, mirip bangunan apaaaa gitu.
Setelah tanya ke google, cottage house gak kayak gini sum. Cottage house lebih modern. Termasuk Tudor gak?
owh kie sebelum diwarna
nek rumah-rumah gini biasanya nongol di pilem-pilem yang tokoh utamanya remaja putri kaya, rambut pirang, mata biru, bapaknya pengacara sukses…
— sounds ngiri yak —
iya donkkk…jadi ntar bisa liat jogja dari atas..
Berapa kamar tidur ya? Kayaknya banyak tuh, cukup buat kopdar MPers.
Owh iki sebelum dioprek
Aku malah serem tinggal di rumah kayak gini.
rumah di Duluth ki ra kenal pager opo ya???
Iyo, kayak lego.
Ini rumah jaman opo yo?
Ini bangunan kuno juga, mbak? Lahan tanahnya termasuk sempit yo utk ukuran sini.
ini kayak rumah-rumah di tayangan anak-abak 😀
Kalau musim panas adem kali ya, wong dindingnya dari batu.
Diibaratkan, jaman dulu belum ada mobil, yg ada cuma tempat naruh sapu terbang *ingat punya si sirik
Enak gak es krimnya? Bagus deh kedai es krim ini.
Welehhh, jadi rumah hantu lak’an.
Tudor apa cottage yak? Ha…ha… bingung.
kaya cerita cah cilik, nenek sihir dipuri indah
dirubuhno. Eman2 sakjane. Nek dirumat kan iso dadi obyek wisata.
Menik
kui atap e seka karpet ketoke
dadi kelingan jaman aku isih dadi raja eropa ….
Iyo mbak. Gak cuma apik tapi juga terawat.
Aku tebak, ini pasti ngambil fotonya yg sambil njengking di tengah jalan itu ya 🙂
Berarti Gunungkidul ki neng ndukure Jogja yo?
kui sing ono wong motret klambi ireng sapa
Ini kayaknya gaya Tudor… sotoy deh si Sum.
Oh…drivewaynya yang dua lajur itu? Kecil ya.
jalannya sepi, jadi berani. Udah gitu mereka gak terganggu, malah cengar cengir. hihihihi….
Kalau jalannya rame, yo gak wani Sum.
Bagus deh… driveway-nya dimana ya mbak? Kok cuma jalan setapak aja.
gundul entek.
Aku suka ini, warnanya coklat-coklat, kayak rumah dari kue.
ketiak diobong. kretek kretek kretekkk.
bau kambing barbeque. *ngakak bar moco postinganne hitung mundur*
Atapnya dari apa itu, mbak? Kok kayak kue lapis legit.
Horeeeeeee. Biar gak ketinggalan Subuh Sum. Lha wong jam 4 udah Subuh je
Oh ngonooo…. jiah… baru tahu deh aku.
eh urikannnn.
lupa tadi mau mertamaxin. gara2 keburu nepsong ada yang ngalong.
Kayak white house deh.
Iyo, iki apik…cottage house ya kalo gak salah model begini.
Kaku sih ya lurus-lurus gitu aja, tapi aku suka aja tuh. Kayak rumah lego ya?
iyaa..bener kata Menik…aduh ngecesss
wuihhhhh…anget itu di dalem
klo rumah ini ada di puncak bukit, jadinya seperti rumah yang di film Psycho…
sereeemmmm
wiwww.. koyo nang kartun… sayang e nek nang indonesia rumah tua ra dirawat, malah digusur
apik yooo.
itu bukitnya..kayak kalo dari Jogja ke Gunungkidul…naik ke bukit
Yak ampyuuunnn…. di tengah jalan? Gile, biasanya Sum cuma berani di trotoar, gak berani tengah jalan.
cukurrrrrrrrrr
ketiakkkk
Yu Kus ngalong jugaaaaa! Weee…..
Pertamaxxx! Yesss!