Saya sukaaaaaa sekali naik kereta api. Sebisa mungkin dalam melakukan perjalanan jauh maupun dekat saya menggunakan kereta api. Terakhir kali naik kereta api 18 Agustus 2011 di Twin Cities (Minneapolis & St. Paul), kereta dalam kota yang lebih dikenal dengan nama Light Rail.
Sewaktu masih tinggal di Eden Prairie (salah satu kota suburb di Twin Cities) beberapa tahun yang lalu saya sering riwa riwi naik light rail. Karcisnya relatif murah. Seperti pada umumnya angkot di kota kota besar di Amerika, harga karcisnya berlaku untuk sekian jam (lamanya tergantung besar kecilnya kota). Karcis light rail ini harganya USD 2.25 (jam sibuk) untuk 2 jam dan bisa digunakan sebagai karcis terusan segala jenis angkot. Karena angkot di Twin Cities ada bis dan kereta, ya bisa digunakan untuk dua jenis angkot tersebut. Rutenya menjangkau dua kota, Minneapolis dan St. Paul.
Sedangkan di Duluth yang kotanya lebih kecil dibandingkan Twin Cities, harga karcis angkotnya (hanya ada bis) USD 1.75 (jam sibuk) atau USD 0.75 (jam sepi) per 1 jam dan bisa digunakan kemana saja kapan saja selama masih dalam rentang waktu 1 jam.
Untuk pelajar dan manula (manusia lanjut usia), harganya lebih murah. Bahkan di kota Duluth, mahasiswanya gratis naik angkot kemana saja kapan saja. Dulunya, ini salah satu alasan kenapa saya kuliah. Kata suami sambil geleng geleng kepala, “orang orang pengen kuliah buat nambah ilmu, baru dengar kali ini ada orang pengen kuliah biar bisa naik bis gratis.” Dasar sableng.
Balik ke cerita tentang Light Rail tadi. Kondisi di dalam light rail lumayan nyaman, ada tempat sepeda *ditaruh dalam keadaan berdiri*. Akses dari jalan raya menuju halte sangat mudah dan longgar. Gak ada gerbang maupun pintu elektronik seperti biasanya di kota kota besar di Amerika Serikat. Kalau penumpangnya berniat gak membayar, bisa saja. Tapi kalau ketangkap pada saat terjadi pemeriksaan random, resikonya bisa masuk penjara. Tetapi jarang sekali ada kejadian ketangkap. Yang ketangkap biasanya karena tidak tahu.
Yang menarik dari light rail ini adalah mengikuti aturan lampu lalu lintas kalau sedang melewati jalan jalan di downtown. Lampu merah ya harus berhenti, lampu hijau ya jalan. Buat saya yang ndeso ini, hal tersebut menarik sekali.
Ini diambil pas summer-kah?
trem sama light rail berbeda ketokane.
Kalau trem cuma jalan di dalam kota aja, dan di jalan jalan. Kalau light rail, selain di jalan jalan di dalam kota, juga punya track sendiri yang kadang di bawah tanah kadang di atas jembatan yang lewat jalannya rel kereta itu.
tapi paling tidak masih dapat tempat duduk kan Ded?
Iya, seperti trem, ada jalur di dalam kotanya.
abis berantem, dapet gak tempatnya?
kalau gak dapet, injek aja kakinya. hihihihihi … saran yang gak pantes yaaaa.
mbak………light rel iki opo sejenis trem klo jaman dulu? *pertanyaane wong ndeso*
soale ibu sering cerito jaman cilik mbiyen nek arepe nang KBS tekan sepanjang mesti naik trem tekan karangpilang dhisik……..
coba saiki sek onok trem nang suroboyo yo?
haha…waktu itu pernah dicoba sistem online dan msh kacau.skrg bisa beli di Indomaret/Alfamart.tp tetep….kudu ke loket utk nukerin karcisnya hehe…
Loat jalurnya…..jd ingte trem mbak. Ga kayak kereta yg biasanya punya jalur lorong sendiri.
Kalo dijkt kyknya kudu bawa sepeda lipet biat bs masuk. Berebut tempat ama penumpangnya. Jangankan buat sepeda, temen inna sering berantem buat dpt space berdiri di kereta. :p
Sik ono gak yo neng Jowo?
iya ini cuma dua gerbong. kalau lagi jam jam sibuk gerbongnya banyak.
setan budeg ki seperti apa ya?
aku nduwe amben, ming situk.
Dan belinya kudu ke loket ya Ded, gak bisa online. Ribet.
Musti nanya sama yang suka nyepur nih. Kalau bisa bawa sepeda, enak tuh.
aku kok kangen sepur klutuk yo..?
baru kali ini liat kereta yang ga panjang
pantesan nyantai bener nyebrangnya ternyata dr belakangnya hehe..
di sana ada setan budeg juga gak ya.. yg suka bikin orng gak denger ada kereta ?
ak amben dino numpak sepur, mbakkk….
bs beli 90 hari sebelumnya,mba. kudu berebutan sebelum kehabisan 😉
Iya pak, seperti banyak terjadi di India juga.
Kalau fasilitasnya memadai dan pemerintahnya gak korup, rakyatnya gak perlu duduk di atap kereta.
Kalo di sini, atapnya juga dipake sebagai tempat duduk.
Kalo kesetrum sampe mati salah sendiri.
Tosssss..
Iya aku inget mbak Arie abis jalan jalan pake kereta api di Asia Tenggara. Sempet foto2 sama anak2 setempat yang lucu.
entah kalau skrg ya mbak, dulu siy gak ada, ya sepedanya disanding aja gitu oleh pemiliknya 🙂
aku juga suka naik keretaaaaaaaaaaaaaaa
Itu dua bukan empat.
Indonesia bisaaaaaaaaa…
tunggu aja tanggal mainnya.
doooohhhh yang kekenyangan.
Di sini dibilangnya operator sih ya. Sais itu kan yang nyupir kereta kuda kalau di Indonesia.
Keretanya pake supir dong ah. Kan sopirnya ada di sisi satunya. Di foto nomer 5 keliatan kan sopirnya?
banyak polisi cewek.
Bukan digantung, tapi dijepit. Kliatan gak, roda bagian bawah dijepit sama besi. Jadi begitu roda sepeda masuk ke jepitan itu, kemudian ditekan dan langsung mengunci.
Iya, murah karena bukan jam rame.
Kalau baca2 di plang namanya, nyebutnya sih stasiun Tin.
Mbuh yo idem sama mana, aku sendiri yo bingung soalnya Light Rail ini jalannya kumplit.
Ya lewat jalan raya, ya lewat bawah tanah, ya lewat jembatan, ya lewat rel kereta biasa. Dan jalannya pake kabel.
Mahasiswa di Duluth malah gak bayar sama sekali. Dan uang kuliahnya juga gak ada biaya tambahan apa apa, karena ini bagian dari program pemerintah kota untuk menggalakan angkutan massal.
Iya seperti trem. Kalau light rail jalannya segala macam. Ya lewat jalan umum, ya lewat rel kereta api, ya ngerong di bawah tanah, ya lewat jembatan.
di indonesia kapan ya? mimpi di siang bolong kali
I’m baaacccckkk! *hoyang2 pinggul ala Sinchan*
oh gerbongnya duwa, tandem gitu.. kaya bus disini.. dan iya supirnya kelihatan, eh namanya sais kan?
keretanya komputerisasi ya.. jadi berhenti kalu lampu merah.. itu 4 gerbong saja?
rompinya kuning dangdut, kalu malam bisa menyalah.. di kereta disini juga ada pulisi khusus kereta, bawa senjata boh.. serem..
eh itu pulisi keretanya ada yang cewe ya..
walah ada gantungan sepeda.. dan itu bus mogamoga ga nabrak mobil depan ya.. jeblos dah sepedanya..
jadi lebih murah karena bukan jam sibuk?
*ngakak bacanya, pengen kuliah karena keretanya gratis.. 😀
halte bus eh halte kereta.. dan itu iklan opera, jepang nih?
aku kira kereta api light rail itu yg idem kereta api di Indonesia, mba Evia,
yang relnya bukan di jalan raya barengan mobil 🙂
ahahaha, alasannya keren mba, jd mahasiswa biar bisa naik angkotan gratis
aku juga dfulu ngiri sama suami yg kuliah dan punya semester ticket,
cukup bayar 60Euro selama 1 semester bebas nak kereta/bis/trem di 1 negara bagian
sayangnya dengan kondisi hamil tua, aku ga kepikir mau jadi mahasiswa 😀
seperti trem ya kalau di Eropa, karena jalannya barengan sama jalan mobil
setiap pemberhentian sudah ada jamnya kang Bimo.
Aku pernah naik bis, pas nyampe di suatu halte, bisnya nyampenya kecepeten. Supirnya bilang: kita brenti dulu di sini barang beberapa menit soalnya kita datangnya kecepeten. Nah lho…
Piye apene ngebut.
Padahal sekarang masih Mei, udah mulai antri untuk perjalanan pertengahan Agustus ya.
Itik itik pemerintah biar mau ngadain angkutan massal yang nyaman.
kalau gak balik, digaplok TOA.
Nggihhhhh sami samiiii.
Dipersembahkan khusus buat Suminten.
nek rentang satu jam, supire dikon ngebut piye mbak, men iso weruh ngendi ngendi
gaplok pake TOA.
Wedehhhhh .. kalau manula cuma dapat murah, tetep mbayar tho. lha kalau kuliah, gratis mbok GRATISSSSSSS.
*geret Sum pake TOA*
Sepertinya enggak berisik.
Selain light rail, kan ada angkutan lain Sum. Rute bisnya mencapai puluhan lyn. Opo yo istilahnya, mosok lyn seperti lyn bemo ae.
Kalau trem di San Francisco setirnya di depan doang. Kalau udah mentok sampe tujuan, tremnya muterin jalan. Kalau light rail ini enggak, udah mentok sampe tujuan, doi mundur, sopirnya yang pindah posisi di bagian belakang kereta dan sekarang jadi bagian depan.
suk meneh tak bagei pertamax situk situk ben gak rebutan. *pertamax es grim*
weleh opo gak wedi ngebruki kuwi?
Iya, kalau bus kota bike racknya di luar.
Aku juga punya fotonya, bis di Twin Cities. Yang foto di Duluth belum punya.
Gak semua kereta Sum. Sependek pengalamanku, kereta Amtrak rute California yang ada bike racknya. Yang rute lain gak ada bike rack. Tapi masih boleh bawa sepeda, asal dibungkus kardus yang seperti waktu baru beli itu. Kotak gede, tahu kan maksudku?
ya iyalah.
Ya kan persimpangan. jalannya ikut meliuk liuk.
Kalau laki laki pak le. hihihihih…
Bisa disesuaikan dengan kepadatan lalu lintasnya juga. Seperti di Washington DC, kalau gak salah per 2 jam.
enak ya klo ngeliat kereta di tengah kota gt. apalagi ngeliat trem2 gt di LN. kapan di Indonesia punya infrastruktur kayak gt ya. Rencana pembangunan jalur Transjakarta aja dl awalnya pada misuh2. saya terakhir kali naik kereta tahun 2007 pas mau wisuda di Jogja naik Argo Dwipangga. Nah, pas pulkam Lebaran nanti, mau naik kereta. Untuk brgkt dah beli. Trus utk pulangnya lg antri sekarang. doa-kan ya…..
*kok malah curhat ya..
Eh?? terus terang aku gak weruh. hahahaha …
ubek ubek situsnya Light Rail di sini:
http://metrotransit.org/light-rail.aspx, istilahnya stasiun Shan.
Di KRL gak disediakan rak sepeda ya Shan?
supirnya ngumpet 🙂
cacake sopo?
Ah iyaaaa, Bram kan demen ya gambar2 kendaraan gini. Sama sama Shant.
Kapan hari sering lihat mobil sampah dan mobil pemadam kebakaran sliweran. Tapi kok ndilalah gak bawa kamera.
hoooooooo klo saja di Indonesia keretanya kayak gitu
betapa menyenangkan perjalanan pagi dan sore saya hiks
nek supire tutupan kemul jenenge mas isin.
Aku makan dulu, nanti balik lagi yaaaa…. (siapa yang mengharapkaaan?)
Makacih Yu Kusminaaaahhhh udah difotoin keretanya dan diposting di sini!
hihihih … ngerti kalau mau difoto pake baju mencolok.
autogaplok wae mbak enkoos
Loh, tanpa kuliah kan berarti bisa aja dapat karcis lebih murah tho…. kan manulaaaaa…..
*kabur takut digaplok*
Mbak, kereta ini berisik gak bunyinya? Kereta listrik pasti nggak berisik yo? Itu daya tampungnya cukup ya buat penduduk Twin Cities?
nilang penumpang kereta api. bukan nilang lain2nya apalagi nilang kang Bimo yang suka autombeling. *ngekek*
lha memang sama pihak kereta apinya disediakan rak sepeda.
Oh, ada dua setirnya? Mbak iki mirip sama trem yang di San Fransisco gak sih cara kerjanya?
ndak direbut mbak penuhcinta
Mosok sih. biasa aja kok, wong ditanem di aspal.
wuidihhh cepet men tho yo wong situk ki.
aja salah mbak… kamare kost kancaku ono vespa digantung nang tengah kamar nggo hiasan
Mbaaak…kalo bus kota juga ada bike rack kan ya? Yang di depan moncong busnya itu lo.
Di kereta Amtrak juga ada kan ya mbak bike rack digantung gini?
kalau di jalan kaya gini, kec maksimum nya ga kaya kalo di rel khusus kali ya.
eh itu rel nya pabalieut kitu yak… hihiihi
eh ada bule … *ya iyalahhhh :p
kalo di jakarta pake tarif jam, hitungannya lebih mahal kali ya, secara seringan macet or kereta mogok ;D
selalu seneng deh liat transportasi di negara lain, kebanyakan rapi dan tertib.
ini haltenya ya mbak ? eh, halte apa setasiun ya nyebutnya ? 🙂
wah enak, bisa bawa sepeda trus dipake’ sepedaan di tempat tujuan
di KRL dulu pernah bawa sepeda, tapi di jam yg sepi, kalau jam sibuk, jangankan bawa sepeda, bawa diri aja susah masuknya :))
oh, ini motonya dari belakang ya mbak ? makanya dicari2 supirnya gk ketemu 🙂
Cacak lek nang kene koyok ngono..iso betah aku
Bram heran ada kereta jalan sebelahan sama mobil di jalan raya :))
tengkyu potonya mb Eviaa…..
supir sepur ki jenenge masinis mbak
*autonjowo
keretane narsis.. ngerti difoto njur mandeg
sukak nilang nggak ki
oleh ya? ada tempat khusus sepeda
jam sibuk ki orang sibuk dalam kantor mbaaak
rel e apik mbak…
autopertamaxin sik