Beberapa hari lalu harian Merdeka online memuat berita bahwa ada 15 kota di dunia yang paling ramah kepada pengguna sepeda. Sayangnya New York City tidak termasuk di dalamnya. Sedih rasanya karena pengalaman saya selama berada di New York City, saya melihat pengendara sepeda dan juga pejalan kaki seperti raja jalanan. Motor dan mobil mengalah kepada mereka.
Tetapi ada cerita lain yang saya dengar dari teman saya. Si teman bercerita tentang pengendara sepeda yang menjadi kurir di New York City, kisahnya diberitakan di salah satu stasiun televisi. New York City yang supersibuk membutuhkan pelayanan pengiriman dokumen yang bisa tiba dalam hitungan jam dan ini tidak terlayani oleh kantor pos. Maka muncullah jasa kurir.
Kerja mereka berdasarkan ketepatan waktu penyampaian dokumen. Lebih dari waktu yang dijanjikan, komisinya berkurang. Untuk mengatasi jalanan yang sering macet, digunakanlah sepeda karena sepeda bisa meliuk liuk diantara rapatnya kendaraan. Di banyak ruas jalan memang ada jalur khusus sepeda, tetapi banyak juga yang tak memiliki jalur sepeda. Akibatnya, sepeda memasuki jalur mobil. Ini yang berbahaya. Konon katanya *masih menurut berita yang dikatakan teman saya* para sopir taksi benci dengan kurir bersepeda ini karena mereka sering ngebut di jalur mobil.
Namun, menurut panduan di artikel bicycle safety, selama kita mengikuti aturan bersepeda, Insya Allah akan aman. Biasanya kecelakaan terjadi karena pelanggaran di lampu merah dan bersepeda bukan di jalur sepeda. Tapi susah juga karena tidak semua jalan memiliki jalur sepeda, dan tidak boleh bersepeda di trotoar. Ini berbeda dengan peraturan di Duluth karena trotoar justru digunakan oleh pengendara sepeda.

Contoh pengendara sepeda yang gak boleh ditiru. Ngegowes di jalur bis, tapi gak bisa disalahkan juga karena gak ada jalur sepeda.

Contoh pengendara sepeda yang patut ditiru. Jalannya memiliki jalur sepeda, bahkan lampu lalu lintas untuk sepeda juga ada. Sambil menunggu lampu ijo, si pengendara sepeda memanfaatkan waktu dengan memotret.
Saya melihat banyak sekali tempat tempat persewaan sepeda di kota New York. Salah satu yang paling banyak adalah Citibike, stasiunnya bertebaran di mana mana dan sistem sewanya sekali pakai maksimal 1/2 jam. Bagimana kalau ingin memakai lebih dari 1/2 jam? Cari stasiun sepeda terdekat, masukkan sepeda di slotnya sebelum masa 1/2 jam lewat, dan tarik lagi sepedanya keluar. Dan anda tidak akan dikenakan penalti. Itu kalau kita membeli pass yang 24 jam maupun yang 7 hari. Kalau yang anggota tahunan mendapatkan limit waktu 45 menit.
Saat ini baru ada 600 stasiun sepeda di segala penjuru New York City. Yang terbanyak di Manhattan dan kedua terbanyak di Brooklyn, biasanya berada tak jauh dari stasiun subway dan pusat pusat keramaian. Sayangnya saya baru tahu persewaan sepeda ini setelah beberapa hari berada di New York City. Namun begitu selama seminggu berada di New York City, kami sewa sepeda di persewaan lokal untuk menjelajah Central Park. Hari pertama menyewa 2 jam. Saking luasnya areal Central Park, 2 jam cuma sak upil doang. Beberapa hari kemudian kami menyewa 4 jam. Itupun dirasa belum cukup, sayangnya waktu itu adalah hari terakhir kami berada di New York City.
Mudah mudahan masih ada kesempatan lagi untuk berkunjung dan menjelajah kota New York dengan sepeda.
Note:
Postingan ini juga saya tampilkan di halaman facebook saya, dan seorang teman baik *Tigun Wibisono seorang pensiunan kurir bersepeda di New York City (NYC bike messenger)* memberi komentar dan saya merasa perlu menampilkannya juga di sini.
Masalah musuhan dng supir taxi NYC itu memang betul Tapi harus dilihat dari kedua sisi. Kami memang bermusuhan dng supir2 taxi yg mayoritas imigran dari negara2 amburadul. Ketika jadi sopir taxi di USA mereka bertingkah seperti orang gila. Belok seenaknya tidak peduli ada pengendara sepeda di sisi kanan atau kirinya. Berhenti dan buka pintu semau-maunya. Sehingga mencelakakan pengendara sepeda. Hampir semua taxi yg sopirnya imigran asing, pasti tidak peduli dng jalur sepeda. Saya sendiri lebih 15 tahun bersama organisasi Transport Alternative NYC yg memperjuangkan hak2 pengguna jalan raya non-motorist. Kami beberapa kali melakukan research tentang kecelakaan yg terjadi antara pengguna jalan raya motorist dan non-motorist. Sebagian besar kecelakaan yg melibatkan non-motorist vs motorist hampir selalu melibatkan imigran berasal dari Asia, Eropa Timur dan Middle East. Sementara imigran dari negara2 yg termasuk juga amburadul seperti Mexico, Guatemala dll justru sangat kurang. Orang Amerika Latin walaupun edukasi mereka secara formal banyak yg kurang dan juga miskin secara ekonomi, tapi mereka punya disiplin dan ‘care’ terhadap sesama hidup. Lain dng kita2 yg dari Asia ini misalnya. Mental feodal sungguh kental. Begitu sampai di Amerika, bisa beli mobil, langsung gila2an dan ndak peduli dng sesama pengguna jalan raya non-motorist. Sebagai contoh, adalah istri saya yg pernah menderita hampir lumpuh, karena ditabrak lari oleh pengendara mobil yg seorang mahasiswa berasal dari China. Apa kata penabrak genius dari China ini ketika di pengadilan dua tahun kemudian??? Dengan polosnya dia bilang begini; “Tuan Hakim, seorang pengendara sepeda tidak seharusnya di jalan raya. Kalau dia tertabrak mobil saya, itu adalah salah dia sendiri. Jangan salahkan saya.” Saya lihat di ruang sidang, sang pengacara yg membela dia menepuk jidatnya, ketika pemuda dari Fujian ini buka mulut. Inilah permasalahannya yg sebenarnya. Kalau kami bicycle messenger sleyat-sleyot di jalanan itu memang betul dan tidak kami pungkiri, seringkali kejar setoran. Tapi itu bisa dikatakan satu dua saja. Bagaimanapun juga kegilaan dan kenekadan kami di jalanan, kami menyadari, bahwa kami berhadapan dengan mobil yg sewaktu-waktu bisa membunuh kami. Kami tidak ingin konyol. Kalau mati langsung, mungkin masalahnya tidak terlalu jauh. Tapi kalau harus cacat atau lumpuh seumur hidup. Itu khan akan menjadi beban kehidupan lainnya. Beda dng pengemudi taxi yg gila2an. Mayoritas memang demikian adanya.
Kereenn… Aku juga pernah pake sepeda gini di Boston. Namanya Hubway (www.thehubway.com). Waktu itu perlu buat transportasi dari MIT (Cambridge) ke stasiun subway terdekat (Kendall/MIT). Lumayan https://enkoos.com/2013/07/06/ngegowes-di-kota-new-york/#bantu biar lebih cepet n bisa dapet pengalaman baru.. Thanks for sharing nya..
Tadi pagi saya sepedaan. Pas nunggu lampu merah – timernya masih 4 detik lagi, mobil dan motor-motor di belakang saya kemprat kempret, nyuruh jalan. Perasaan, sepedaan di Jogja mirip main rolet rusia, meleng dikit taruhan nyawa.
keren keren ceritanya mbakk…kalo di montreal, ada juga penyewaan sepeda begitu, bixie namanya. ntar ah kalo sempat jalan-jalan sama khansa disempatin moto 🙂 *njiper dhisik sama potone njenengan mbak * 🙂
Please dont spam but OOT ishigly appreaciated. *Ngakak-tiada-henti*
Kabar baik pastinya ya mbak Evia. Semoga sukses selalu ya, Mbak.
Sarahhhhhh, kemenong saja?
Kabarmu baik2 saja kan? Mudah2an begitu.
Kalo di medan gak ada aturannya mba huhuhu, matt gak mau naik sepeda di jalan gede.takut dia
Jangankan Medan yang kotanya semrawut, Surabaya yang lebih tertata rapi dibandingkan Medan belum ramah sepeda.
langsung kebayang film Premium Rush-nya mas Joseph Gordon Levitt
Iya, banyak yang bilang begitu.
Terima kasih sharingnya Pak Enkoos. Jalur sepeda seperti diatas, Jogja sudah ada sejak 2010. Kebetulan saya tiap hari ke kantor juga pakai sepeda “Bike To Work”, ternyata sama perilaku pesepeda di luar negeri dengan Indonesia.. Salah jalur dan menyerobot lampu merah, hehe.. 🙂 *salaman*
Bu enkoos, pak hehe
Hihihihihihih… Terima kasih sudah mengkoreksi.
Gak sedikit yg salah panggil. Gak salah mereka sebetulnya, karena enkoos kan bacanya engkus, seperti sebuah panggilan laki laki di Jawa Barat.
Hahaha… Okesip! :p
Aku pernah nonton film tentang jasa kuris bersepeda di New York, kebut-kebutan demi ketepatan waktu pengiriman.
Di Brisbane juga banyak stasiun sepeda, tapi aku ga ngerti gimana cara pinjemnya. Di Brisbane banyak jalur khusus pengguna sepeda, di trotoar, barengan sama pengguna jalan, cuma dipisahkan dng garis.
Film jasa kurir sepeda: Quicksilver dan Premium Rush. 🙂
ya itu, premium rush, hehe..
Emang gak ada panduannya gimana cara pinjamnya?
wah lek ndek londo paling mantep, sepeda ono dalane dewe rek he he he
kelir e abang maneh akeh2 ne dadi koyok numpak sepeda ndek karpet abang he he he
Critakno po’o ndek blogmu. Ojo nyang FB thok ae.
Fotonya kerweeen.. central park itu ternyata besarnya sak hohal ya mbak? 4 jam belum keubek
Guede banget Wet.
Luasnya 843 acres (341 hektar). Panjangnya 2.5 miles (4.02 km), lebarnya 0.5 miles (0.80 km).
Insya Allah ntar aku upload cerita khusus tentang Central Park ya.
nanti kita kopdaran di central park ya mbak evi sama mbak wewet, xixi..
Amiin.
yay! amsterdam nomer satu di kota paling ramah kepada pengguna sepeda 🙂 nice article ! seneng deh skrg banyak kota – kota yang menawarkan sepeda sewaan gratis 🙂 pernah liat juga di paris, luxemburg dan barcelona semua laris maniiss!
Tinggal di Amsterdam ya?
Di Amerika, setahuku ada beberapa kota yang menyewakan sepeda seperti San Francisco dan New York.
Entah kota kota selain itu, karena baru dua kota itu yang aku tahu dan pernah sewa di sana.
Uapik e rek, gambar-gambar terakhir benar-benar memanjakan para pegowes
Itu sebabnya aku seneng ngubek ubek kota New York.
Aku salut pemerintah daerah setempat mampu menyediakan 600 stasiun sepeda. Juga ada jalur khusus bagi pegowes di jalan raya. Lha Indonesia? perlu kerja keras untuk mewujudkannya.
Itu bukan pemerintah yang menyediakan cak Iwan, tapi swasta. Kalau dilihat dari logo citibike, sepertinya disediakan citibank deh. Fasilitas yang disediakan citibank terus dibenahin.
Ke depannya peta stasiun2 sepeda bisa didownload di smartphone. Sepertinya, jumlah stasiun sepeda bakal bertambah karena semakin banyaknya pengguna sepeda sewaan ini.